Aku menaruh satu bundel album foto beserta pernak-perniknya yang ingin kutata
menghiasi rumah yang baru saja aku tempati. Aku buka lembar demi lembar foto
album berharap menemukan foto bagus yang akan aku pajang seketika tangan ku
berhenti di sebuah foto. Foto seorang lelaki sedang memeluk seorang wanita, ya
itu aku. Foto itu menyeruak dalam ingatan ku, teringat lah semua kenangan ku
dengan dia seseorang yang pernah berada lama dan mendiami hatiku.
Aku teringat
saat aku dan dia terperangkap hujan di warung angkringan saat pulang kuliah
dulu. wedang jahe yang aku minum bersamanya sungguh terasa hangat di kala hujan
itu, apalagi dengan selingan canda tawa dan suara tertawa khasnya. Aku juga masih
ingat saat dia memberikan jaketnya kepadaku di kala hujan itu, adegan simple
tapi selalu meluluhkan hati.
"Bukan kah aku selalu bilang
kalau kamu ga boleh sakit?" seraya memakaikan jaketnya kepadaku. Kata-kata
gombal tapi selalu jitu untukku.
Aku selalu
mengingatnya, bahkan hari pertama kita jalan berdua dan kau ajak aku ke taman
kota dan membelikan ku arummanis, aku pun mengingatnya. Apakah kau ingat waktu
itu kau bilang apa kepada ku
"Kamu
manis, kaya arummanis. Cuma bedanya, kalau arummanis manisnya bisa abis, kalau
kamu ga abis abis." sampai kalimat gombal payah yang kau lontarkan
kepadaku, aku mengingatnya dengan jelas. Mungkin lebih tepatnya aku selalu
ingat apapun tentang kamu. Namun apapun yang kau katakan, apapun yang kau
lakukan aku hanya bisa meraba dan menebak apa yang ada di hatimu. Itu semua
semu dan masih buram untukku , kau biarkan aku terombang-ambing menunggu.
Apakah kamu
masih ingat saat kamu sakit dulu? Kusempatkan untuk menjenguk ke rumahmu,
kuberanikan bertemu dengan ibumu dan kubuatkan bubur yang kalau sekarang kupikir
sejak kapan bubur untuk orang sakit seasin itu. Apakah kamu ingat ketika aku
menyuapi kamu dan kamu bilang apa waktu itu “Kamu tuh istriable banget sih, gak
sabar deh nanti,” katamu yang seketika langsung membuatku tersipu. Membuatku
berangan yang entah akan menjadi nyata atau tidak. Ketika kamu terus diam tanpa
maksud, ketika kamu terus tinggikan harapku tanpa kepastian. Aku cinta kamu.
Kemudian
Haris datang kepadaku membawa cinta dan sejuta kepastian. Haris yakinkan aku
kalau dialah pilihan terbaik yang paling tepat untukku. Aku yang sebenarnya
masih menantikan kepastian yang tak pernah pasti dari mu itu pun luluh. Aku
menerima Haris dan mulai jatuh cinta kepadanya, aku menyayangi Haris begitupun
sebaliknya kami sangat menikmati ini semua.
*****
Kau datang
kembali kepadaku menyatakan perasaanmu dari awal bertemu kepadaku tepat 1 hari
setelah aku menikah dengan Haris. Aku tak tau apa yang harus aku katakan
kepadamu bahwa sebenarnya perasaan ini telah ku kubur dalam-dalam setelah
menemukan Haris. Mungkin ini hanyalah masalah waktu, mungkin ini hanyalah
masalah keberanian. seandainya kau mengatakan lebih dulu andai saja kau
mengatakan di waktu yang lebih tepat, andai saja.
Mungkin ini
hanyalah masalah waktu, mungkin. Namun aku telah menentukan pilihan hidupku
meski mungkin berarti aku mengingkari pilihan hatiku.
Mungkin ini
hanyalah masalah waktu
Mungkin ini
lebih dari sekedar itu
Mungkin ini
adalah sebuah takdir
Kalau kita bertemu memang bukan untuk disatukan