Hujan
Membawaku Kembali
Hujan..
bagiku kau tak hanya sekedar air
Tak
hanya tetesan air yang dikirimkan tuhan
untuk bumi
Bagiku
kau adalah kebahagiaan
Kebahagiaan
yang tak pernah bisa diungkapkan kata-kata
Hujan
.. kau bagai nyanyian merdu disetiap tetesnya
Bagai
lukisan indah disetiap akhirnya
Kau
lukiskan sejuta warna layaknya sejuta harapan yang sang pencipta ukir di langit
Namun
adakah satu dari sejuta warna itu untukku?
Rintihan hujan masih terdengar jelas
dan aku masih memandangi satu per satu
tetesan hujan yang jatuh ke bumi di tempat ini. Masih menunggu hujan usai dan
mengukiran sejuta warnanya di langit, aku juga masih menunggu telfon, pesan
atau bahkan surat yang mungkin kau kirimkan untukku. Aku masih menunggu kabar
darimu bahkan dirimu untuk ada disini sejak 4 tahun lalu.
****
Bel sekolah berbunyi semua murid segera bergegas keluar
kelas masing-masing dengan wajah ceria
khas siswa SMA. Di pojok koridor tangga tampak seorang laki-laki yang menyusuri
anak tangganya dengan santai
“raka, nanti kamu les?” tanya
seorang perempuan dari belakang
“les ko ni” jawab laki-laki itu
dengan senyum ramahnya lalu pergi
“oke deh” jawabku. Sesaat laki- laki
itu berbalik dan menuruni tangga akupun tersenyum
Walaupun hanya satu pertanyaan
basa-basi yang entah penting atau tidak untuknya asal pertanyaan itu dijawab
aku sudah senang luar biasa. Sudah tiga tahun lebih rasanya aku mengagumi
laki-laki itu. Laki-laki yang mungkin hingga saat ini tidak menolehkan perhatiannya
kepadaku.
Hari ini ada jadwal bimbel di sebuah
tempat bimbingan belajar ternama di kotaku, aku yang sudah kelas 3 disibukan
oleh kegiatan bimbingan belajar dan pelajaran tambahan di sekolah. Walau jadwal
kelas 3 itu memang super padat tapi aku menyukainnya apalagi hari ini hari saat
aku bimbingan belajar.
Toktoktok “ maaf pa telat” kataku
lalu masuk dan mencari bangku yang kosong.
“wooo nia, duduk didepan
telat-telat” kata bayu
“maaf tadi ketiduran” kataku sambil
cengar cengir. Aku memang selalu telat saat les entah karena baru pulang
sekolah atau ketiduran seperti hari ini.
“halaman 208” kata della teman
sebelahku.
Akupun langsung membuka buku halaman
208 seperti biasa setiap les Raka selalu duduk di barisan paling depan dan aku
selau duduk di baris nomer dua di bagian berseberang dengan Raka. Setiap pelajaran pun selalu sama
setiap beberapa menit sekali aku menoleh ke arah dia dari belakang berharap
suatu saat dia akan menoleh kebelakang juga saat aku melihatnya. Dela yang
telah mengetahui dari lama perasaankupun hanya tersenyum saat dia kedapatan
melihat aku sedang curi-curi pandang melihat raka.
“ya gimana persiapan buat
kuliahnya?” tanya ka Neneng . ka Neneng memang sudah sangat dekat dengan kami.
“yah jangan ditanya itu mah ka”
jawab ayi dengan pasrahnya.
“raka gimana?” tanya kaka pengajar.
Hampir semua kaka pengajar yang mengajar dikelasku mengenal Raka. Ya karena
selain dia selalu berada di gugus depan Raka juga murid aktif.
“ciiiiie, jadi Raka doang nih ka yang
ditanyain kita engga” kata bayu
“cieeee raka” kata anak-anak yang
lain dan serentak kelas kita menjadi ramai.
“yah semangat lah ka” jawab raka
dengan senyum khas raka.
“yah ka takut nih ka” kata dela
“iya nih ka” kataku menambahkan
“ya jangan menyerah dan terus
semangat ya”
“jangan menyerah jangan menyerah”
kata akbar sambil menirukan vokalis band yang terkenal dengan lagu jangan
menyerah itu. Suasana kelas pun kembali ramai walau hanya ada 10 orang yang ada
di kelas tetapi seperti ada 40 orang didalamnya.
“ayoo lanjut belajar lagi” kata ka
Neneng. kami pun melanjutakn pelajaran kembali.
Tidak terasa waktu les usai kamipun
merapihkan buku dan pulang
“pancong dulu yu!”ajak Akbar
“ayuuuk” kata ahmad,ayi,raka dan
dela serempak
“trus aku ga ada motor nebeng
siapa?” tanyaku
“udah ama aku aja ni” kata della
“yaudah yuuk” kataku
“huuu nia mentang-mentang ada
tebengannya” kata raka
“biarin” kataku cuek lalu tak terasa
pipiku memerah, Raka bilang kaya gitu sama aku.
“ciee nia pipinya merah, ayoo ni
cepet naik” kata dela
“ih siapa yang pipinya merah” kataku
lalu kami berangkat ke pancong
“del, tadi Raka ngomong gitu ke aku”
kataku
“hahaha cie kan nia”kata dela
tertawa sambil mengendarai motornya
“dela” kataku senang
“iya ni, iya” kata dela lalu
memarkirkan motor karena sudah sampai pancong
Pancong sesuai namanya adalah nama
sebuah tempat di Depok yang menjual pancong. Tempatnya memang sederhana hanya
sebuah rumah yang dilengkapi dengan bangku- bangku untuk duduk dan makan di
dalam dan disamping rumah, tetapi tempat ini seakan tak pernah sepi mulai dari
siswa SMP, SMA, kuliah pun menjadi pelanggan tempat ini.
“eh pada mau makan apa?”tanya akbar
“aku sucang aja” kata nia
“yaudah aku juga del” kata dela
“aku mau makan pancong keju” kata
Raka
“ya aku juga rak tolong pesenin”
kata ayi
“oke” kata Akbar lalu memesan
makanan
Pancongpun datang “emm enak nih”
kata ayi
“iya yi apalagi kalo gratis” kata
Akbar
“oh jadi akbar mau bayarin kita
nih?” tanya Raka
“asiiik kita dibayarin akbar” kataku
“nambah lagi nih bar” tambah dela
“eh apa-apaan nih wani piro? Duit
mbahmu ” kata Akbar.
Kamipun
tertawa mendengar Akbar, hampir setelah les kami mampir dahulu ke Pancong.
Tempat ini memang tempat yang asik, tempat yang menyenangkan untuk sekedar
duduk dan makan.
Tak terasa hari sudah malam “eh ayoo
pulang udah jam 8!”ajak dela
“iyaa nih pulang yuu!” ajakku
“iyaa ayoo pulang lagi juga
pancongnya udah abis dari tadi” kata akbar sambil tertawa
“yuuu pulang!” kata ayii
Kamipun pulang dan menuju parkiran
yang persis di depan Pancong
“oya ni, maaf aku pengen ke toko
buku dulu jadi ga bisa bareng kayanya” kata dela
“yaah terus gimana dong? Aku ikut
kamu aja deh” pintaku
“yah aku lama, bareng Raka aja” kata
dela
“hah? Kenapa?”tanya Raka menghampiri
motor dela
“ini aku pengen ke toko buku dulu
lama kayanya kamu bareng Nia aja ya” pinta dela
“oh yaudah ayoo ni bareng aku aja
gapapa ko” kata Raka
“yah yaudah deh aku bareng kamu ya”
kataku. Akupun langsung naik ke motor Raka
“yaudah ya del, duluan takut
kemaleman” kata Raka lalu pergi
Aku diboncengin Raka naik motor, ini
pertama kali aku naik motor bareng Raka. Aku gatau mau bilang apa rasanya
pipikupun udah panas karena saking merahnya, laki-laki yang aku sukai dari
kelas 1 SMA sekarang boncengin aku.
“ni, kamu mau kuliah dimana?”tanya
Raka
“hah kenapa ka, maaf maaf” kataku
masih tak sadar
“kamu mau kuliah dimana ni?”tanya
Raka dengan senyumnya yang terlihat dari spion
“oh gatau nih aku mau teknik
lingkungan UI Cuma ibuku nyuruhnya di teknik lingkungan Undip” kataku pasrah
“undip dimana?semarang ya?” tanya
Raka
“iyaaa” jawabku pelan
“jauh banget”
“iya nih kamu mau dimana?”
“aku masih belum tau tapi aku mau
nyoba di jerman”
“hah?!” kataku setengah teriak
“hahaha tapi itu belum pasti ko”
Tiba-tiba hening lalu akupun terdiam
Jerman itu berapa jam dari depok? Apa akan puluang tiap tahun? Lalu seketika
pikiran itu terhapus karena hujan tiba2 mengguyur kami dengan derasnya.
“hujan ni, neduh dulu ya!” ajak Raka
“ga usah lanjut aja udah malam”
kataku menolak
Lalu Raka berhenti disebuah warung
di arah tole iskandar tak terasa kami sudah sampai sini “neduh dulu ya” kata
Raka lalu memakirkan motor
“yaudah deh” kataku lalu turun dari motor
Kamipun meneduh di warung itu pas
sekali warung itu sedang tutup
“maaf ya jadi lama pulangnya” kat
Raka
“yaelah gapapa kali” kataku.
Sebenarnya mau berapa lama aku disini aku gapapa ko asal kamu ada di dekat aku
“kamu beneran mau kuliah di jerman”
“aku gatau tapi teknik itu impian
aku” kata Raka diikuti suara hujan yang semakin deras
“oh gitu ka, yaudah semoga kamu bisa
ke jerman ya” kataku lirih. Aku gatau apa ikhlas perkataanku barusan atau tidak
aku gamau Raka pergi
“oya ni aku seneng deh kalo lagi
hujan”
“kenapa? bukannya ga enak ya? Kan ga bisa kemanamana”
kataku
“hujan itu salah satu nikmat ALLAH
dan aku senang aja sama hujan gatau kenapa karena setiap kali hujan deras aku
selalu bersama orang yang aku sayang” lalu Raka berhenti “ menurut aku hujan
itu kebahagiaan”
Aku terdiam mendengar ucapan Raka
barusan “hujan deras bersama orang yang aku sayang” maksudnya itu apa?
“menurut aku hujan itu kebahagiaan”
lanjut Raka. “kamu kedinginann ya?”tanya
Raka lagi
“ga ko” kataku yang memang
kedinginan
Raka lalu melepas jaketnya dan
memakaikannya dibelakang badanku “nih pake aja kalo aku mah udah tekbal dingin
gini”
Aku tak bisa berkata-kata melihat
Raka melepas jaketnya dan memakaikannya ke tubuhku. Aku bingung harus berkata
apa, dan aku gatau apa yang sekarang aku rasain. Laki-laki yang udah aku suka
selama 3 tahun dan sekarang berdiri di sebelahku dan rela kedinginan untukku
“masih dingin ni?”tanya Raka lagi
“ga ko, makasih ya. Sayang yah
sekarang udah malem jadi ga bakal ada pelangi deh”kataku
Rakapun tersenyum dengan senyuman
manisnya “ya emang ga selamanya setiap
hujan ada pelangi sama kaya ga selamanya perjuangan kita berhasil tapi Allah
selalu liat perjuangan kita ko”
“bener ka” jawabku. Ya aku bakalan
trus berjuang dengan impian aku sama kaya Raka yang berjuang terus buat ke
jerman
“eh ini udah reda hujannya” kata
Raka sambil mengadahakan tangannya merasakan tetes tetes hujan terakhir.
“iya nih udah reda” kataku sambil
mengikuti Raka naik motor. Kamipun berjalan kembali menysuri jalan Depok yang
masih basah.
Sesampainya di rumah aku langsung
mengganti pakaian yang memang basah kuyup kehujananan. Aku masih ga nyangka
waktu yang tadi aku habiskan dengan Raka. Aku sungguh tak menyangka.
***
Keesokan harinya di sekolah
“ka, jaket kamu masih di aku nanti
pas les aku bawa ya” kataku kepada Raka yang kebetulan lewat depan kelasku
“yah jangan pas les, kan aku pake
jaket juga. Males bawa 2 hehe nanti deh aku sms ya” kata Raka
“yaudah” kataku. Semenjak saat itu
aku makin suka sama Raka suka yang lebih dari sejak aku pertama melihat Raka.
Kelas 3 semakin berat sebentar lagi
SNMPTN tulis dilaksanakan semua daya dan upaya dilakukan para siswa kelas
3. Tinggal hitungan hari nasib
melanjutkan ke perguruan tinggi negri ditentukan. Banyak dari siswa yang udah
mulai resah, gundah, galau atau bahkan ada yang biasa saja dalam menghadapi
semuanya.
Akupun hampir stress memikirkan akan
kemana aku kuliah nanti apakah impianku akan tercapai? Aku ingin sekali melihat
orangtuaku tersenyum bahagia akan keberhasilanku. Akupun selalu ingat kata-kata
Raka saat hujan itu “memang tak ga selamanya setiap hujan ada pelangi sama kaya
ga selamanya perjuangan kita berhasil tapi Allah selalu liat perjuangan kita”
kata-kata itu aku buat motivasi setiap kali aku terjatuh dalam meraih mimpiku.
***
Hari ini pelangi itu hadir
menghadirkan sejuta warna dalam hidupku menghadikarkan kebahagian untuk orang
tuaku. Namaku tercantum di koran pagi ini sebagai orang yang beruntung di
Teknik Lingkungan UI. Hari ini tak habisnya aku bersyukur kepada sang Pencipta
pagi yang indah di hari yang indah aku lolos aku berhasil.
Nanti siang cap 3 jari ijazah akupun
tak sabar menunggu siang untuk bertemu guru-guru berterima kasih atas apa yang
telah mereka beri setelah 3 tahun ini. Bertemu teman-teman dan berbagi
kebahagiaan ini.
Pagipun berlalu tibalah siang
murid-murid SMA 8 kelas 3 berkumpul di dekat ruang guru. Banyak ekspresi yang
tak terlukiskan disana mulai dari yang sumringah sampai sembab dan tak bisa
bicara.
“ni, selamat ya” kata Dela sambil memelukku
“iyaa del makasih, kamu juga
selamaat ya” kataku sambil balas memeluk teman seperjuanganku yang selalu
bareng saat les ini.
“kamu udah cap 3 jari?”tanya Dela
“udah del, aku juga udah ngucapin
terima kasih ke guru-guru aku seneng banget” kataku
“udah ketemu Raka?”tanya Dela lagi
“belom nih haha” kataku sambil
tertawa
Tiba-tiba Raka lewat “Nia gimana
katanya keterima ya?” tanya Raka
“iya alhamdulilah makasih ya
supportnya” kataku
“hah? Support apa nih?”tanya Raka
bingung
“aku pergi dulu ya” kata Dela
“gapapa ko. Oya kamu gimana keterima
juga kan?” tanyaku mengalihkan pembicaraan.
“iya alhamdulilah keterima Cuma aku
mau mantepin buat yang di jerman aja. Alhamdulilah aku udah lolos seleksi
awalnya aku mau fokusin kesana”
“oh gitu selamat ya” jawabku singkat
aku bingung mau berkata apa
“yah ntar kita pasti ketemu lagi ko”
kata Raka lagi-lagi dengan senyuman manisnya
“iya, oya aku ga bawa jaket kamu”
jawabku kembali dengan ekspresi senang aku selalu luluh saat melihat senyum
Raka, bagiku senyuman Raka itu tulus dan penuh makna.
“iya ga apa apa minggu depan kan
masih ke sekolah kita ketemu lagi”kata Raka
“ya nanti kalo ga ketemu gimana?”
“ketemu ko ketemu tos dulu dong”
kata Raka sambil menjulurkan satu tangannya keatas
“iya” kataku sambil menepuk tangan
Raka menandakan kalau kami akan bertemu lagi
***
Ternyata hari itu adalah hari
terakhir aku melihat Raka, setelah itu Raka tak pernah ke sekolah lagi menurut
teman dekatnya dia sedang menjalanai tes selanjutanya untuk ke jerman. Aku
memakluminya karena aku tau Raka itu selalu fokus dalam menjalani apapun dan
aku tau pasti dia sedang tidak mau konsentrasinya terpecah untuk harus bolak
balik ke sekolah.
Tapi sampai urusan sekolah selesai
dan sekarang aku sedang ospek di universitas yang aku damba-dambakan ini Raka
tak pernah ada kabar lagi sampai saat itu ada sebuah pesan yang masuk ke
handphoneku begitu aku tau itudari Raka aku sangat senang dan isi pesan itu
adalah
“Nia hari ini aku berangkat ke
jerman, jaga diri kamudi Depok ya J masalah jaket kamu
simpen aja dulu ya mungkin pas kamu lagi baca sms aku, aku udah ada di pesawat jadi jangan samperin aku
ke bandara J see youu Nia aku yakin pelangi selalu ada untuk kamu ko J”
Hari itu kelabu hitam pekat sampai
tak ada satu sinarpun yang mendekat bahkan hujan yang merupakan suatu
kebahagian bagai malapetaka dahsyat yang menghujam seluruh jiwaku. Kenapa harus
berjanji jika tak bisa menepati, kenapa harus dipertemukan jika akhirnya tak
bisa disatukan.
***
4 tahun berlalu dari peristiwa itu
aku tak pernah lupa akan kenangan itu kenangan akan Pancong, Hujan, dan Raka
aku tak pernah melupakannya sedetikpun. Inilah bulan-bulan terakhir aku sebagai
mahasiswa Teknik.
Akhir-akhir ini memang sering hujan
aku yang selalu membawa motor dari kampuspun tak pernah kapok untuk membawa
motor dan kebiasaan terburuk adalah aku selalu lupa membawa jas hujan, padahal
benda itu sangat penting dikala musim hujan seperti saat ini. Benar saja hujan
turun akupun memutuskan untuk meneduh karena hujan turun deras. Tanpa sengaja
motorku berhenti ditempat dimana aku pernah meneduh disini 4 tahun lalu bersama
Raka.
Akupun berteduh lama di tempat ini,
di tempat yang sama dan jaket yang sama jaket yang sebenarnya sudah aku taruh
lemari dan tak pernah aku pakai lagi, tapi entah kenapa hari ini aku tiba-tiba
ingin memakai jaket ini. Persis seperti 4 tahun lalu warung yang ada
dibelakangku tempat aku meneduhpun sedang tutup.
Tiba-tiba seseorang datang.
Sepertinya dia ingin berteduh juga disini namun ia bukan pengendara motor
sepertinya hanya pejalan kaki saja. Seseorang itu mendekat “boleh numpang neduh
disini juga kan?”
“iya boleh” aku terdiam menatap
seseorang yang kini berada tepat didepanku “Raka?”
“Nia apa kabar? Aku tetep nepatin
janji aku kan kita pasti ketemu lagi” jawab Raka dengan senyum manisnya yang
tak pernah berubah sejak dulu
“kamu kenapa bisa disini?” tanyaku
masih tak percaya
“hujan yang membawaku kembali” jawab
Raka singkat tapi penuh arti
“kamu jahat” akupun menangis dan tak
kusangka Raka memelukku dengan erat “Jangan pergi lagi” kataku
“ga aku bakal tetep disini ko
bersama kamu melihat indahnya pelangi” kata Raka lalu memelukku lebih erat
lagi.
Hujan
bagiku kau tetaplah kebahagian
Tetaplah
anugrah Tuhan terindah
Dan
aku bahagia karena itu
Terlebih
pelangi itu kini benar-benar hadir mewarnai hariku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar