Maaf
“than, kamu
bisa jemput aku ga sekarang di rumah citra?” tanya Lisa
“yah
maaf sa, aku ga bisa lagi futsal” jawab Nathan singkat
“oh
jadi sekarang kamu milih futsal?!” tanya Lisa dengan nada mulai tinggi
“ya
ga gitu juga sa, aku sekarang lagi turnamen ga bisa gitu aja ninggalin tim”
kata Nathan tak mau kalah
“oh
yaudah terserah kamu deh aku capek” kata Lisa lalu “nuut” telpon dimatikan
begitulah percakapan singkat Nathan dengan Lisa di telfon. Bukan kali pertama
Nathan dan Lisa bertengkar mereka sudah berkali-berkali bertengkar entah lewat
telfon ataupun saat bertemu.
“lo
berantem lagi sama Nathan?” tanya citra
“ya
gitu deh. Males gue sama Nathan” kata Lisa kesal
“ya
udah lo coba ngertiin dia dulu lah kan dia lagi mau turnamen” kata Citra menenangkan
“oh
jadi lo belain Nathan?!” tanya Lisa sinis
“ya
ga gitu juga. Yaudah bahas yang lain aja” kata Citra mengalihkan pembicaraan.
Lisa dan Citra sudah bersahabat
sejak lama jauh sebelum lisa berpacaran dengan nathan mereka saling berbagi,
saling memahami dan saling mensupport satu sama lain walau terkadang ada
bagian-bagian kecil dari diri mereka yang keduanya tidak saling mengetahui.
“trus
lo pulangnya gimana?”tanya citra
“ga
tau nih paling minta jemput abang gue” kata Lisa
“kebiasaan
manja sih lo, apa-apa ga bisa mandiri yaudah gue anterin aja” kata Citra
“makasih
citra, emang yang paling baik deh” kata Lisa dengan penuh senyum. Lalu citrapun
mengantar Lisa sampai rumahnya. Mereka berdua memang seperti saudara
sampai-sampai orang dirumah mereka berduapun sudah dekat satu sama lain.
***
Sesampainya
dirumah citra “niiiit” suara dering ponsel Citra berbunyi, Citrapun langsung
menjawab panggilan tersebut “Halo, kenapa than?”
“cit
kamu tau kan tadi aku berantem lagi sama Lisa” curahan hati Nathan
“yah
sabar ya, kan kamu tau lisa emang kaya gitu dari dulu dia tuh emang kaya anak
kecil” kata Citra menenangkan
“tapi
aku mesti sabar sampe kapan aku udah 1
tahun pacaran sama lisa dan dia ga pernah berubah dari awal ketemu” kata Nathan
mulai kesal
“ya
itu kan pilihan kamu dari awal terima kekurangan dia dan kamu juga coba untuk
rubah dia” kata citra sambil menghela nafas
“itu
yang aku suka dari kamu, kamu tuh dewasa” kata Nathan
“yaudah
udah malem nih aku mau tidur dulu, sampai jumpa di sekolah ya” kata citra
“yaudah
good night have a nice dream” kata Nathan lalu mengakhiri panggilannya.
Citra
sebagai sahabat lisa sering menjadi teman curhat Nathan apalagi sikap citra
yang dewasa membuat Nathan sering menceritakan masalah hatinya kepada citra
tapi akhir-akhir ini bukan hanya masalah hati yang ia ceritakan kepada citra,
masalah sekolah sampai kehidupan sehari-hari Nathan ia ceritakan kepada citra
layaknya buku diary yang baik citrapun mendengarkan semua keluh kesah pacar
sahabatnya itu.
***
“selamat
pagi citra, lisa” sapa hangat Nathan
“selamat
pagi juga sayaang” kata Lisa manja, walaupun mereka kemarin bertengkar tetapi
seperti biasa mereka sudah baikan sekarang
“selamat
pagi juga than ayo masuk udah ada bu guru tuh” kata citra
SMA
mereka memang sangat disiplin jam 07.00 tepat mereka sudah masuk dan tidak ada
pengecualian bagi siapapun yang telat.
“cit,
nanti gue mau jalan sama nathan” kata lisa pelan
“ciee
udah baikan mau ngapain?” kata citra
“mau
beli baju, abis udah bosen sama yang lama” kata lisa
“kayanya
belum awal bulan nih masih banyak aja uangnya haha”
“minta
beliin nathan hehe”
“oh
gitu” kata citra tersenyum getir
Tak
terasa jam pulang sekolah berbunyi merekapun keluar dengan riangnya terlebih
untuk lisa karena hari ini dia akan pergi berdua dengan nathan ke pusat
perbelanjaan.
“cit,
gue mau pergi dulu yaa dah” kata Lisa sambil melambaikan tangannya di jok
belakang motor Nathan
“iyaa
hati-hati yaa” jawab Citra sambil
tersenyum.
Entah
kenpa akhir-akhir ini Citra merasa tak rela saat Nathan pergi dengan lisa entah
kenapa dia tidak ingin Nathan hanya jadi ATM lisa, hanya sebagai sopir yang
merangkap pacar untuk lisa ia tak ingin itu. Terlebih lagi citra tau kalau lisa
tak pernah ada saat Nathan sedang sedih.
Citra
tak tahu kenapa akhir-akhir ini ia begitu empati kepada Nathan, apalagi
sekarang Nathan selalu menelfonnya tiap malam sebelum tidur. Citra benar-benar
tidak tahu kenapa ia bahkan bingung dengan perasaannya sendiri kepada Nathan
kekasih sahabatnya.
Seperti
malam-malam kemarin Nathan kembali menelfon citra “Cit, apa kabar?” salam
pembuka diucapkan Nathan
“baik,
than. Gimana yang abis belanja belanja?”tanya Citra
“yah
gitu deh si lisa kalo beli banyaak banget tekor aku” kata Nathan
“kok
kamu mau aja sih jadi ATM berjalannya lisa? Udah sering lisa kaya gini ke kamu”
kata Citra
“kan
kamu tau sendiri lisa emang kaya gitu aku juga bingung kenapa aku mau aja”
“kamu
ga seharusnya di gituin than, kamu bukan ATM buat lisa. Aku kaya gini karena
aku peduli than sama kamu” Citra tak sadar apa yang ia ucapkan
“iyaa
cit, aku tau kamu peduli sama aku. Aku tau banget kok karena aku juga perhatian
sama kamu. Udah malem kamu tidur gih” kata Nathan pelan
“yaudah”
kata Citra lalu mengakhiri telfon. Citra tak tau apa yang ia katakan citra tak
sadar apa yang barusan ia ucapkan “aku peduli sama kamu” apa maksud perkataan
itu barusan. Nathan kekasih sahabatnya
dan ia peduli terhadapnya. Apa yang ada di fikiranku saat ini? aku Cuma gamau
Nathan Cuma jadi pelampiasan Lisa? Apa ada perasaan yang lebih dari itu? Ga
mungkin. Semuanya berputar-putar dipikiran citra, ia sendiri tak menyadari apa
yang ada dalam hati dan fikirannya saat ini. semuanya tak terduga berjalan begitu cepat
sampai ia sendiri tak mampu menahannya.
***
Pagi
yang cerah secerah matahari yang mulai menampakan sinarnya. Sepertinya hari ini
matahari lagi berpihak baik kepada Nathan. Hari ini final turnamen yang ia
damba-dambakan akan berlangsung. Tim
futsal Nathan lolos final dan ia segera siap untuk menyambut kemenangan.
“sa,
nanti tonton aku yaa” kata Nathan lewat
ponsel
“yah
maaf than nanti aku sama mamah mau ke salon, maaf banget ya than” kata Lisa tak
bersalah
“ini
final aku sa, kamu dateng dong” pinta Nathan
“yah
maaf than, aku tau ini final kamu tapi kamu juga janji mau nemenin aku ke salon
dari kemaren juga ga nemenin kan?” kata Lisa lagi
Nathan
langsung mengakhiri telfon. Hatinya sakit pacarnya sendiri tidak mau datang
menonton ia bermain. Padahal ini adalah final dan lisa tau final turnamen ini
adalah impian Nathan. Lisa pun tahu seberapa besar perjuangan Nathan untuk
mendapatkan tiket final ini, latihan fisik, strategi dan semuanya itu hampir
tiap hari hanya untuk ini dan saat yang ditunggu-tunggu itu datang Lisa tak
bisa hanya sekedar untuk menontonnya bermain. Hatinya hancur atas semua
perjuangan Nathan selama ini tak dihargai apapun oleh Lisa. dia lebih memilih
sesuatu yang jauh lebih penting SALON.
Nathan
yang sedang tak karuan itu langsung menyiapkan peralatan futsalnya dan
menstarter motornya dan pegi melesat meninggalkan rumah dan hanya satu
tujuannya rumah Citra.
“citra,
citra” panggil sesorang dari pagar
Citra
yang mendengar namanya dipanggil-panggil langsung keluar untuk mebukakan pintu
“ eh Nathan masuk” kata Citra setengah kaget
“makasih
cit” kata Nathan lalu masuk ke rumah Citra
“lah
bukannya kamu mau tanding futsal ya?” tanya Citra
“iya
tadinya tapi aku ga mood, lisa ga mau nemenin aku dia lebih memilih ke salon
dibanding nonton aku”
Citra
terdiam ia tak tahu apa yang harus ia katakan. Lisa sahabatnya dan Nathan
adalah kekasih Sahabatnya yang mungkin juga spesial untuknya.
“cit,
aku ga ngerti sekarang harus gimana?! Aku kesel banget, selama ini aku dianggep
apa!” kata Nathan dengan penuh emosi
Tak
sadar Citra memeluk Nathan sambil membisikan “yaudah aku aja yang nemenin kamu
nonton futsal”
Nathan
pun membalas pelukan citra “makasih cit, kamu emang yang paling ngerti”
Setelah
hati Nathan lebih tenang citrapun melepaskan pelukannya. Ia tak tahu apa yang
telah ia lakukan yang ia tau ia hanya ingin membuat Nathan lebih baik. Itu
saja.
Mereka
berduapun berangkat ke sebuah tempat futsal yang cukup besar, ya disitulah
tempat bertanding Nathan.
“cit,
kamu tunggu disini ya aku mau ganti trus siap-siap main” kata Nathan lalu
meninggalkan Citra di bangku penonton
“sukses
ya” kata citra dengan senyuman penuh keyakinan
Suara
riuh penonton sudah mulai terdengar begitu kedua tim memasuki area futsal.
Pendukung kedua tim meneriaki tim favoritnya masing – masing. Citra yang ada di
bangku penontonpun tak kalah histerisnya ia menyemangati tim Nathan dengan sepenuh
hati.
“priiiiiit”
suara peluit wasit dibunyikan bolapun mulai bergulir di lapangan
Mula
– mula bola ada di tim Nathan lalu cepat direbut oleh tim lawan begitupun
selanmjutnya Ball Posession antara kedua pemain imbang. Layaknya bintang
ternama semua yang ada di lapangan bermain dengan indah dan penuh semangat
“goaaaaaaaal”
teriak Citra
Kedudukan
sekarang di pegang oleh tim Nathan, tim Nathan lebih dahulu mencuri poin
sekarang kedudukan 1-0 untuk tim Nathan. Sorak sorai penontonpun semakin riuh
saat goal tercipta goal yang dilucurkan oleh kaki Nathan itu mampu membuat
semangat pemain makin berkorban.
“priiiiiiit”
suara peluit babak pertama
Skor
sementara tim Nathan masih unggul ntipis dibanding tim lawan. Kedudukan pertama
membuat semua pendukung senang terlebih Citra yang masih setia di bangku
penonton.
“priiiiiit”
suara peluit babak ke-2 pun dimulai kembali
Pertandingan
di babak kedua bermain lebih alot. Bola semakin susah didapatkan oleh tim Nathan,
entah kenapa permainan tim Nathan memburuk. Tendangan spekulasi tim Nathan dan
kawan-kawan tak berhasil menembus gawang tim lawan.
“goaaaaal”
teriak salah satu suporter
Citra
tampak cemas mendengar suara riuhan suporter lawan itu. Sekarang kedudukan imbang
1-1 dan sisa pertandingan sebentar lagi
usai. Pertandingan kembali berjalan seru tim Nathan yang telah kebobolan itu
menjadi semanagat kembali untuk mengejar kemenangan. Waktu terasa sangat
singakat dan benar saja tinggal 2 menit waktu sisa pertandingan
“goaaaaal”
teriak suporter tim lawan
Tim
Nathan kebobolan lagi dan benar saja
“priiiiiit”
peluit tanda usai pertandingan
Tim
Nathan kalah dengan skor tipis 2-1 atas kemenangan tim lawan. Tim Nathan muram
begitu juga Nathan dan Citra mereka semua sedih atas kekalahan tim di
menit-menit terakhir permainan.
“kamu
ga papa?” tanya Citra sambil menyodorkan air mineral
“ya
yang kaya kamu lihat aku kalah” jawab Nathan lalu meminum air mineral itu
“tapi
kamu tetep menang ko buat aku” kata Citra
“makasih
Cit, nanti kamu temenin aku muter-muter dulu ya”
“iyaa”
Setelah
penyerahan tropi juara Nathan dan Citra lalu meninggalkan tempat futsal. Mereka berputar-putar mengelilingi jalan dan
tiba- tiba berhenti di sebuah taman kota.
“cit,
duduk duduk disini dulu ya” kata Nathan
“okee”
kata Citra
“cit,
aku seneng deh kamu ada sama aku”
“aku
juga” jawab citra singkat
Nathan
dan Citra lalu mencari tempat untuk melepas lelah. Merekapun menemukan bangku
disudut taman dan duduk disana.
“aku ga tau
apa yang aku rasain tapi aku juga ga bisa bohong terus” kata Nathan menghela nafas
Citra
menaruh telunjuknya di bibir Nathan “ga usah di lanjutin, aku udah mulai
ngerti” kata Citra
“tapi
aku ga bisa cit” kata Nathan lalu memegang tangan citra “ aku ga bisa bohong
kalau aku suka sama kamu, aku sayang sama kamu lebih dari aku sayang sama
citra, aku cinta sama kamu lebih dari cinta aku ke Lisa. aku gabisa bohong
lagi”
Citra
terdiam “aku juga” sambil menghela nafas berat “tapi aku sahabat Lisa, aku ga
bisa”
“aku
ga butuh jawaban kamu, aku Cuma mau kamu tau. Aku ga bisa terus tersiksa kaya
gini sementara kamu selalu nyuruh pertahanin hubungan aku sama lisa padahal aku
sayang sama kamu” kata Nathan
“aku
juga than, aku juga ga ngerti perasaan aku ini aku juga sama tapi” citra
menahan ucapannya lalu memeluk Nathan. Citra tak tahu apa yang ia rasakan
sekarang tapi ia benar-benar cinta dengan kekasih sahabatnya itu.
“udah
kita jalanin aja begini” lalu Nathan memeluk erat Citra
***
Kesokan
harinya di sekolah Nathan, Lisa dan citra bertemu kembali. Lisa mengganggap
semuanya baik-baik saja tak ada masalah dan seperti hari-hari sebelumnya bahagia
karena punya sahabat super baik seperti Citra dan sangat cinta terhadap Nathan.
Berbeda dengan Nathan dan Citra mereka seperti dua orang asing saat berhadapan
dengan Lisa. tak berani saling tatap dan tak bisa menutupi perasaan satu sama
lain.
Hati
memang tak dapat dibohongi tapi jika tak dapat dibohongi kenapa harus berterus
terang kalau hanya menambah masalah. Citra masih sangat merasa bersalah kepada
sahabatnya Lisa ia tak tahan kalau harus terus merasa bersalah ketika menatap Lisa.
“sa,
gimana kemaren yang abis ke salon?” tanya Citra mencairkan suasana
“nih
liat rambut gue udah wow banget kan?haha”
jawab Lisa bangga
“haha
iya emang lo yang paling wow deh” kata Citra
“oyaa
Nathan mana? Tadi ada disini kok dia langsung pergi” tanya Lisa bingung
“ga
tau” jawab Citra singkat dan pelan
“oya
nanti gue main ke rumah lo lagi ya pulang sekolah” kata Lisa
“oh
yaudah main aja” kata Citra
Tak
seperti biasanya Citra kurang senang dengan kehadiran Lisa dirumahnya. Entah
kenapa perasaannya tidak enak. Seperti ada suatu kabut pekat yang membuat perasaannya
tertutupi.
Sesampainya
dirumah Citra seperti biasa tempat yang
pertama dituju adalah kamar Citra. Di kamar itu banyak kenangan indah yang
terukir manis bersama Lisa. Lisa dan Citra sudah bersahabat sejak mereka duduk
di sekolah dasar. Mereka memang tak terpisahkan sampai disalah satu sudut kamar
Citra di dekat lemari tertulis ‘Citra dan Lisa Best Friend Forever’ coretan
masa Sekolah Dasar yang sengaja tak Citra hapus hingga kini.
“sa,
gue ganti baju dulu ya” kata Citra lalu meninggalkan Lisa sendiri di kamar
“niiiit”
nada dering ponsel Citra berbunyi. Lisa yang mendengar panggilan telfon itu
langsung mengeluarkan ponsel Citra dari dalam tas. Alangkah kagetnya ketika ia
tau yang menelfon adalah Nathan, saat ingin mengangkat telfon itu telfonnya
lebih cepat mati sebelum Lisa menerimanya.
“nit”
bunyi sms dari ponsel Citra. Lagi- lagi dari Nathan, perlahan sms itu dibuka
oleh Lisa betapa terkejutnya “aku udah otw ke rumah kamu niiih :*” bunyi pesan singkat itu.
Seperti
petir yang menyambar di siang hari begitulah keadaan hati Lisa sekarang. Ia tak
percaya kekasihnya dan sahabatnya.
“sa,
gue udaaaah selesai” kata Citra dengan ekspresi senang tapi begitu membuka
pintu kamarnya Citra ikut terkejut ketika melihat Lisa memegang handphonenya
“makasih
buat semuanya!” kata Lisa lalu beranjak berdiri dari kasur Citra dan pergi dari
kamar Citra
Citra
semakin mematung dengan sikap Lisa, ia tau apa penyebab Lisa marah tanpa
membuka handphonenya. “Lisa tunggu” teriak Citra
Lisa
tak menghiraukan panggilan sahabatnya itu atau yang lebih tepat sekarang mantan
sahabatnya. Ia pun berlari keluar rumah Citra.
“sa,
aku bisa jelasin” kata Citra mengejar larian Lisa
“mau
jelasin apalagi? Ga ada yang perlu dijelasin lagi. Gue udah tau semua” kata Lisa
lalu berhenti di depan rumah Citra, ia tak mau membuat kegaduhan didalam rumah
mantan sahabatnya itu.
“sa,
ini semua ga yang kaya lo fikir sa gue bisa jelasin” kata Citra “gue tuh emang
ga ada apa-apa sama Nathan”
“ga
perlu dengan cara lo yang kaya gini aja gue udah ngerti. Gue ga nyangka lo
sahabat macem apa cit, kita ini udah temenan dari kecil dan gue udah jadian
sama Nathan udah 1 tahun tegaa lo!” kata Lisa mulai menangis
“ga
gitu sa, gue bener- bener ga ada apa-apa sama Nathan. Karena gue tau gue
sahabat lo jadi gue ga nahan semua ini.
gue ngaku gue emang salah suka sama
pacar sahabat gue sendiri” kata Citra sambil menahan tangis
“tuh
kan lo emang jahat cit, gue udah nganggep lo saudara cit, tapi apa?” kata lisa
terbata-bata ia tak kuat lagi menahan tangis. Ia tak menyangka orang yang ia
anggap sahabat selama ini tega melakukan ini kepadanya.
“lisa
maafin gue. Gue tau gue salah tapi gue ga bisa bohongin perasaan gue. Kalo gue
bisa milih gue juga gamau suka sama Nathan gue gamau sa. Maafin gue” kata Citra
memohon
Tiba-tiba
motor yang tak asing berhenti di depan rumah Citra, Nathan. Nathan yang
menyadari pertengkaran antara 2 sahabat itu dengan sigap turun dari motor dan
menengahi mereka.
“sa,
maafin aku yang salah. Selama ini aku yang ngedeketin Citra” kata Nathan
bersalah
“OH
KALIAN BERDUA EMANG SAMA! JAHAT!” kata Lisa dengan nada penuh emosi campur
tangis. Ia tak menyangka sahabatnya sendiri dengan kekasihnya.
“ga
gitu sa, aku bisa jelasin. Tadinya aku emang suka sama kamu, aku cinta sama
kamu tapi” kata Nathan
Belum
sempat Nathan melanjutkan perkataannya “tapi apa? Gara-gara cewe ini Citra iya?
Segitu teganya lo sama gue! Gue punya hati than, cit” kata Lisa
“jangan
salahin citra dia ga salah. Kamu kira aku tahan sama semua sikap kamu ke aku?
Kamu ga pernah ada pas aku butuh kamu? Kamu Cuma jadiin aku ATM berjalan, sopir
merangkap pacar dan yang paling penting kamu ga pernah ada waktu aku sedih”
kata Nathan
“tapi
itu” Lisa terdiam tak bisa meneruskan kata-katanya sambil masih menahan tangis
“kamu
ga pernah ada sa, tapi citra dia ada buat aku. Kamu tau waktu aku final futsal
kamu kemana? Kamu ga mau nemenin aku tapi citra mau” kata Nathan
“gue
bisa jelasin itu sa” kata Citra sambil menangis ia tak tahan lagi dengan
situasi ini. ia merasa bersalah tapi ia juga mencintai kekasih sahabatnya.
“lo
mau jelasin apa?”tanya sinis Lisa
“sa
dengerin aku” kata Nathan sambil memegang tangan Lisa “kamu ga ada saat itu,
aku yang ngajak citra. Kamu bahkan ga tau sa kalo aku kalah atau kamu ga mau
tau sa”
“Than,
aku ga tau maafin aku. Aku ga nyangka selama ini kamu keberatan sama sifat aku.
Aku ga tau tapi ga kaya gini juga caranya kenapa mesti citra?” kata Lisa
“sa
aku ga pernah milih Citra tapi hati aku yang milih dia. Maafin aku aku juga
gamau semuanya berakhir kaya gini “ kata Nathan meyakinkan
“Lisa
maafin gue, gue janji ga bakal ngulangin lagi gue milih sahabat dibading
cinta”kata Citra “gue ga mau persahabatan kita rusak kita ini temen dari kecil”
kata Citra sambil terus menangis
“maafin
gue juga ya selama ini gue ga peka sama lo, lo ga perlu milih semuanya punya
hak cinta persahabatan itu dua hal yang berbeda lo ga perlu kehilangan salah
satunya”
“gue
tetep milih lo sahabat gue” kata citra lalu memeluk Lisa. keduanya menangis di
pelukan masing-masing. Mereka berdua merasa bersalah dan rasa bersalah itu
diluapkan dengan tangis oleh mereka berdua.
Semenjak
hari itu Lisa dan Citra semakin dekat tak ada rahasia lagi diantara keduanya
bahkan hati yang tadinya hanya diam selalu terungkap untuk diceritakan. Lisa
yang hatinya sempat terkuka karena cinta harus merelakan speparuh hatinya untuk
sahabatnya. Lisa memahami kebahagian akan datang setelah hujan berhenti dan
merelakan adalah suatu kebahagian yang tertunda. Cinta dan sahabat memang dua hal yang berbeda tetapi walaupun keduanya hal yang berbeda selalu ada cinta untuk
membuatnya lebih indah.
8 Februari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar