Minggu, 03 November 2013

Terlambat



Aku menaruh satu bundel album foto beserta pernak-perniknya yang ingin kutata menghiasi rumah yang baru saja aku tempati. Aku buka lembar demi lembar foto album berharap menemukan foto bagus yang akan aku pajang seketika tangan ku berhenti di sebuah foto. Foto seorang lelaki sedang memeluk seorang wanita, ya itu aku. Foto itu menyeruak dalam ingatan ku, teringat lah semua kenangan ku dengan dia seseorang yang pernah berada lama dan mendiami hatiku. 
Aku teringat saat aku dan dia terperangkap hujan di warung angkringan saat pulang kuliah dulu. wedang jahe yang aku minum bersamanya sungguh terasa hangat di kala hujan itu, apalagi dengan selingan canda tawa dan suara tertawa khasnya. Aku juga masih ingat saat dia memberikan jaketnya kepadaku di kala hujan itu, adegan simple tapi selalu meluluhkan hati. 
"Bukan kah aku selalu bilang kalau kamu ga boleh sakit?" seraya memakaikan jaketnya kepadaku. Kata-kata gombal tapi selalu jitu untukku. 
Aku selalu mengingatnya, bahkan hari pertama kita jalan berdua dan kau ajak aku ke taman kota dan membelikan ku arummanis, aku pun mengingatnya. Apakah kau ingat waktu itu kau bilang apa kepada ku
 "Kamu manis, kaya arummanis. Cuma bedanya, kalau arummanis manisnya bisa abis, kalau kamu ga abis abis." sampai kalimat gombal payah yang kau lontarkan kepadaku, aku mengingatnya dengan jelas. Mungkin lebih tepatnya aku selalu ingat apapun tentang kamu. Namun apapun yang kau katakan, apapun yang kau lakukan aku hanya bisa meraba dan menebak apa yang ada di hatimu. Itu semua semu dan masih buram untukku , kau biarkan aku terombang-ambing menunggu.
Apakah kamu masih ingat saat kamu sakit dulu? Kusempatkan untuk menjenguk ke rumahmu, kuberanikan bertemu dengan ibumu dan kubuatkan bubur yang kalau sekarang kupikir sejak kapan bubur untuk orang sakit seasin itu. Apakah kamu ingat ketika aku menyuapi kamu dan kamu bilang apa waktu itu “Kamu tuh istriable banget sih, gak sabar deh nanti,” katamu yang seketika langsung membuatku tersipu. Membuatku berangan yang entah akan menjadi nyata atau tidak. Ketika kamu terus diam tanpa maksud, ketika kamu terus tinggikan harapku tanpa kepastian. Aku cinta kamu.
Kemudian Haris datang kepadaku membawa cinta dan sejuta kepastian. Haris yakinkan aku kalau dialah pilihan terbaik yang paling tepat untukku. Aku yang sebenarnya masih menantikan kepastian yang tak pernah pasti dari mu itu pun luluh. Aku menerima Haris dan mulai jatuh cinta kepadanya, aku menyayangi Haris begitupun sebaliknya kami sangat menikmati ini semua.

                                                                      *****

Kau datang kembali kepadaku menyatakan perasaanmu dari awal bertemu kepadaku tepat 1 hari setelah aku menikah dengan Haris. Aku tak tau apa yang harus aku katakan kepadamu bahwa sebenarnya perasaan ini telah ku kubur dalam-dalam setelah menemukan Haris. Mungkin ini hanyalah masalah waktu, mungkin ini hanyalah masalah keberanian. seandainya kau mengatakan lebih dulu andai saja kau mengatakan di waktu yang lebih tepat, andai saja.
Mungkin ini hanyalah masalah waktu, mungkin. Namun aku telah menentukan pilihan hidupku meski mungkin berarti aku mengingkari pilihan hatiku.

Mungkin ini hanyalah masalah waktu
Mungkin ini lebih dari sekedar itu
Mungkin ini adalah sebuah takdir 
Kalau kita bertemu memang bukan untuk disatukan