Jumat, 30 Juni 2017

Kisah bocah penjual tisue

Kisah ini aku tulis saat menjadi Fundraiser Gerai sebuah lembaga amil zakat di sebuah pusat perbelanjaan di Kota Depok, let's see the story!

Namanya Rizki Ramadhan masih kelas 4 SD yang bersekolah di MASTER (Masjid terminal) Depok (sekolah yang memang di inisiasi untuk anak jalanan dan mereka yang keterbatasan ekonomi). Sama seperti anak-anak, bocah ini riang, lucu dan sangat bersemangat. ada yang sedikit berbeda dengan bocah ini selain bersekolah, ya dia juga sudah bermental pejuang berjualan tisue.

"kamu sekolah gak?" tanyaku suatu saat
"sekolah dong kak, kan pagi siangnya jualan"
"sampe jamberapa?" tanyaku lagi
"sampe abis kak, kadang sampe malem"

Obrolan singkat ini menyadarkanku, kalau masih ada jutaan orang diluar sana yang ingin tetap sekolah, dan harus berjuang melawan keterbatan ekonomi. Sementara aku yang kerjanya cuma disuruh belajar dan makan aja masih sering 'mager' dan banyak mengeluh dengan hal-hal kecil. Masih merasa jadi yang paling giat usahanya, paling susah, terkadang kamu harus menengok kebawah dan bertanya kedalam hati. Sudahkah kamu bersyukur?
Setiap hari dari siang sampai sore hari aku melihat bocah itu berjualan tisue, berkeliling menawarkan kepada semua pengunjung pusat perbelanjaan. Kadang berhenti sejenak, menghapus lelah dan terik lalu melanjutkan jualan kembali.

"Kak, tisuenya kak" pinta bocah itu dengan wajah memelas berharap pengunjung membelinya.

Tak jarang aku juga melihat Rizki dan teman sebayanya yang juga menjual tisue bermain bersama troley bekas belanjaan pengunjung yang tak jarang jadi ajang "hiburan mereka".
Yaa mereka masih bocah.
 

Masih bocah dan punya semangat tinggi, disini aku gak akan bikin kalian berempati untuk membeli tisue dari bocah penjual tisue yang ada di sepanjang jalan raya margonda. Aku cuma ingin berbagi potongan cerita sebagai self reminder untuk lebih bersyukur, lagi dan lagi.

***

Siang hari itu cukup cerah, Rizki dan temannya menghampiri ku di gerai
"Kak, titip tisue nya bentar boleh?" Rizki dan temannya
"Mau ngapain?" kataku.
"Mau sholat dulu kak" Jawab Rizki, "mau sholat biar banyak rezeki" sahut temannya.

Akupun tersenyum ☺


Depok, 30 Juni 2017

Dari seorang yang sedang belajar bersyukur
Sudahkah kamu bersyukur hari ini?

ps: poto rizki akan segera dilengkapi

Selasa, 10 Januari 2017

"New year is New YOU!"

New year is new you!, New plans, New dream, New resolution. Sebagian orang membuat resolusi atau target yang ingin dicapainya setiap tahunnya. yaa sebelum telat ngepostnya jadi aku mau ngepost tentang "New you!"


Sebagai catatan mahasiswa tingkat akhir yang sekarang memasuki tahun terakhirnya.

Berawal dari sebuah chat dengan seorang teman, dia bilang bahwa "Hidup itu emang keras, walaupun pencapaian sama tapi proses untuk melewatinya berbeda-beda" lalu terfikir olehku bahwa ya hidup itu anugerah, oleh karenanya kita harus pandai menerima, oleh karenanya kita harus pandai bersyukur. 

Rasanya tidak ada masalah yang ringan, se-ringan nya suatu masalah itu tetaplah masalah bagi si-empunya. 4 tahun di bangku perkuliahan adalah waktu yang panjang sekaligus singkat. Tiap tahunnya kita berlomba untuk membuat resolusi untuk hidup yang lebih baik, berlomba untuk memenuhi setiap ego tanpa tau untuk apa yang kita lakukan?  setiap tahunnya memasang target tinggi tak spesifik yang lantas hanya menjadi kata-kata tanpa makna. Kemudian kesal dan menyalahkan diri atas harap yang belum juga terpenuhi. 

Apa target mu terlalu tinggi? atau mimpi mu yang sangat mustahil? TIDAK kamu hanyalah anak muda yang sedang mengupayakan diri untuk lebih baik lagi. Itu sangat baik, bukankah hidup adalah soal pemberian makna? Tapi terkadang kamu lupa untuk lihat ke dalam dan tengok kebelakang. Apakah mimpimu tampak nyata jika tanpa usaha? Apakah targetmu terlalu tinggi jika kamu tak merubah kebiasaan buruk? aah hidup ini anugerah.

Terkadang kamu hanya sibuk untuk menjadi grade "A" person, sibuk menjadi apa yang bukan kamu sampai kamu lupa betapa berharganya dirimu.  Kita sering lupa bahwa penerimaan diri bukan berarti pasrah dengan semua kelemahan kita, tapi menyadari nilai kita sebagai manusia dan bahagia dengan jadi diri sendiri. Hidup itu anugerah dengan keunikannya masing-masing walau kita perlu untuk terus menjadi baik. Terkadang resolusi pun begitu gagal dan gagal lagi terkadang jawabannya adalah karena memang kita harus lebih banyak bereksplorasi, menemukan yang hilang dan terkadang memang itu tak terjadi karena ada resolusi yang jauh lebih baik. "Apa tujuan hidupmu? apa yang kamu inginkan dalam hidup ini?" Bermanfaat dan membantu orang banyak, misalnya. Mungkin pertanyaan ini dapat membantu untuk membuat kita untuk terus berkarya, terus melangkah, dan mendekatkan mimpi-mimpi kita. Hidup adalah anugerah, oleh karenanya kita harus pandai menerima, oleh karenanya kita harus pandai bersyukur. Mari berresolusi!


ps: Hidupkan mimpi mu, tapi jangan mimpi kan mimpimu.
untuk resolusiku tahun ini simak di post selanjutnya yaa, akan ada tips membuat resolusi dari kang Dewa Eka Prayoga. Mari menjadi baik!