Minggu, 03 November 2013

Terlambat



Aku menaruh satu bundel album foto beserta pernak-perniknya yang ingin kutata menghiasi rumah yang baru saja aku tempati. Aku buka lembar demi lembar foto album berharap menemukan foto bagus yang akan aku pajang seketika tangan ku berhenti di sebuah foto. Foto seorang lelaki sedang memeluk seorang wanita, ya itu aku. Foto itu menyeruak dalam ingatan ku, teringat lah semua kenangan ku dengan dia seseorang yang pernah berada lama dan mendiami hatiku. 
Aku teringat saat aku dan dia terperangkap hujan di warung angkringan saat pulang kuliah dulu. wedang jahe yang aku minum bersamanya sungguh terasa hangat di kala hujan itu, apalagi dengan selingan canda tawa dan suara tertawa khasnya. Aku juga masih ingat saat dia memberikan jaketnya kepadaku di kala hujan itu, adegan simple tapi selalu meluluhkan hati. 
"Bukan kah aku selalu bilang kalau kamu ga boleh sakit?" seraya memakaikan jaketnya kepadaku. Kata-kata gombal tapi selalu jitu untukku. 
Aku selalu mengingatnya, bahkan hari pertama kita jalan berdua dan kau ajak aku ke taman kota dan membelikan ku arummanis, aku pun mengingatnya. Apakah kau ingat waktu itu kau bilang apa kepada ku
 "Kamu manis, kaya arummanis. Cuma bedanya, kalau arummanis manisnya bisa abis, kalau kamu ga abis abis." sampai kalimat gombal payah yang kau lontarkan kepadaku, aku mengingatnya dengan jelas. Mungkin lebih tepatnya aku selalu ingat apapun tentang kamu. Namun apapun yang kau katakan, apapun yang kau lakukan aku hanya bisa meraba dan menebak apa yang ada di hatimu. Itu semua semu dan masih buram untukku , kau biarkan aku terombang-ambing menunggu.
Apakah kamu masih ingat saat kamu sakit dulu? Kusempatkan untuk menjenguk ke rumahmu, kuberanikan bertemu dengan ibumu dan kubuatkan bubur yang kalau sekarang kupikir sejak kapan bubur untuk orang sakit seasin itu. Apakah kamu ingat ketika aku menyuapi kamu dan kamu bilang apa waktu itu “Kamu tuh istriable banget sih, gak sabar deh nanti,” katamu yang seketika langsung membuatku tersipu. Membuatku berangan yang entah akan menjadi nyata atau tidak. Ketika kamu terus diam tanpa maksud, ketika kamu terus tinggikan harapku tanpa kepastian. Aku cinta kamu.
Kemudian Haris datang kepadaku membawa cinta dan sejuta kepastian. Haris yakinkan aku kalau dialah pilihan terbaik yang paling tepat untukku. Aku yang sebenarnya masih menantikan kepastian yang tak pernah pasti dari mu itu pun luluh. Aku menerima Haris dan mulai jatuh cinta kepadanya, aku menyayangi Haris begitupun sebaliknya kami sangat menikmati ini semua.

                                                                      *****

Kau datang kembali kepadaku menyatakan perasaanmu dari awal bertemu kepadaku tepat 1 hari setelah aku menikah dengan Haris. Aku tak tau apa yang harus aku katakan kepadamu bahwa sebenarnya perasaan ini telah ku kubur dalam-dalam setelah menemukan Haris. Mungkin ini hanyalah masalah waktu, mungkin ini hanyalah masalah keberanian. seandainya kau mengatakan lebih dulu andai saja kau mengatakan di waktu yang lebih tepat, andai saja.
Mungkin ini hanyalah masalah waktu, mungkin. Namun aku telah menentukan pilihan hidupku meski mungkin berarti aku mengingkari pilihan hatiku.

Mungkin ini hanyalah masalah waktu
Mungkin ini lebih dari sekedar itu
Mungkin ini adalah sebuah takdir 
Kalau kita bertemu memang bukan untuk disatukan 










 

Selasa, 23 Juli 2013

Ayah :')



Tak pernah kubayangkan di akhir sujud terakhirku aku akan memanjatkan doa ini. tak pernah terfikirkan dalam benakku di setiap doa doa yang biasa ku lantunkan saat sholat aku akan menambahkan lantunan doa ini sebait doa yang kupanjatkan khusus untukmu ayahku tercinta. Sudah 12 belas hari semenjak kepergianmu sudah 12 malam lamanya engkau tidak ada menemaniku di hari-hari libur ku di rumah. Sudah 12 hari tak ada canda tawa yangbiasa kita lakukan bersama di rumah bersama ibu, mba lita dan dafi. Tak ada lagi kata-kata engkau yang terkadang membuat aku dan ibu tertawa lepas. Dan tidak ada lagi yang bertanya apakah aku sudah makan atau belum dan membelikan apapun makanan kesukaanku agar aku mau makan. Tidak ada lagi semua itu.
Ayah apakah engkau tau sepinya ramadhan ini bagiku tanpa kehadiran mu? Mungkin bukan aku saja yang merasa kesepian tapi keluargamu dan semua orang yang merasakan kehilanganmu. Aku masih ingat 2 hari sebelum ayah terbaring di rumah sakit ayah masih membelikan ku sop buah yang aku minta. Aku juga masih ingat saat ayah jumat itu saat ayah jatuh dari tempat tidur dan berusaha bangkit kembali. Aku kira hanya jatuh biasa dan gak berapa lama setelah itu ayah sudah tak bisa berkata lagi di atas tempat tidur. Sungguh aku tak tahu aku kira ayah hanya jatuh biasa dan saat dirumah sakit ayah divonis struk dan masuk ruang ICU. Malam itu aku dan mba lita menyusulmu ke rumah sakit dan melihat keadaan mu. Di rumah sakit tak ada satupun kata yang terucap dariku saat aku melihat ayah tebaring di ruangan ICU hanya tangis yang terdengar saat itu aku tak bisa berkata apapun. Hanya satu kalimat yang aku keluarkan “ayah cepet sembuh ya” hanya itu. Sampai 12 hari di ruang itu setiap pamit pulang aku selalu mengucapkan itu. Setiap harinya aku selalu berdoa untuk kesembuhanmu. Aku tahu ALLAH sangat baik kepada ayah setiap harinya ayah menunjukan peningkatan-peningkatan yang signifikan yang membuat aku dan ibu yakin kalau ayah akan segera pulang ke rumah bersama lagi. Ayah pun sudah dapat berbicara kembali walau kata-kata mu tidak terlalu jelas dan aku hanya bisa meraba dan mencoba mengerti apa maksud dari perkataan mu. Namun yang paling aku ingat saat itu dalam kondisimu yang seperti itu ayah masih menanyakan kepadaku apakah aku masih ada ongkos saat aku berangkat ke bogor. Aku juga ingat kta-kata terakhirmu sebelum perkataanmu makin tak jelas “kamu jangan sedih lagi ya”.
Di hari ke-13 ayah sudah memasuki ruang rawat inap biasa, akupun semakin yakin kalau ayah akan segera pulang ke rumah segera berkumpul kembali. Hari itu aku menemanimu dari pagi hingga malam. Hari itu memang lebih sepi dibanding hari biasanya. Mungkiin karena sudah di ruang perawatan atau entah kenapa. Hari ini tumben sekali tidak ada satupun yang menjenguk ayah, padahal setiap harinya ada saja yang menjenguk ayah bahkan ada yang menjenguk ayah hampir setiap harinya. Aku berfikir mungkin besok akan ramai yang datang melihat ayah. Malam itu aku pulang aku tak bisa menemani sampai esok hari karena keesokannya aku harus ke bogor. Aku tak menyangka pamit ku yang terakhir itu menjadi pamitku kepadamu untuk yang terakhir kalinya. Keesokan paginya aku di telfon ibu dan engkau telah pulang ke rahmatullah. Aku, dafi dan mba lita yang ada di rumah langsung menuju rumah sakit. Aku tak menyangka sungguh ini semua terasa seperti mimpi. Akupun menyesal malam itu aku tak jadi menginap menjagamu sampai pagi datang. Mungkin itu memang yang diinginkan mu agar aku tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Ya Allah mudah-mudahan di hari jumat di bulan ramadhan ini menjadi berkah untuk ayah. Amiin
Mungkin Ayah kini kau telah tiada, engkau telah menghadap ilahi. Sampai saat ini pun tangisku masih mengalir tak berhenti ketika aku mengingat kengangan- kengangan indah bersamamu. Ayah engkau memang bukanlah ayah yang sempurna namun bagiku kau tetaplah yang terbaik. Sekarang yang bisa ku lakukan hanyalah berdoa dan menjadi anak yang sholeh agar engkau bangga kepaku. Aku akan belajar dan bermanfaat untuk orang lain agar nantinya engkau tak akan khawatir lagi kepadaku. Karena hanya itu lah yang bisa ku lakukan. Ayah tenang aja tari bakal buat ayah bangga :’)
“ya ALLAH, lapangkan lah kubur ayah, jauhkan lah dari siksa kubur, ampunilah segala dosa-dosanya dan masukan ayah ke dalam surgaMU” amiin yaRabbal alamin



8 Juli 1960 -12 Juli 2013

LOVE YOU AYAH :*

Jumat, 08 Februari 2013

Maaf


Maaf

“than, kamu bisa jemput aku ga sekarang di rumah citra?” tanya Lisa
                “yah maaf sa, aku ga bisa lagi futsal” jawab Nathan singkat
                “oh jadi sekarang kamu milih futsal?!” tanya Lisa dengan nada mulai tinggi
                “ya ga gitu juga sa, aku sekarang lagi turnamen ga bisa gitu aja ninggalin tim” kata Nathan tak mau kalah
                “oh yaudah terserah kamu deh aku capek” kata Lisa lalu “nuut” telpon dimatikan begitulah percakapan singkat Nathan dengan Lisa di telfon. Bukan kali pertama Nathan dan Lisa bertengkar mereka sudah berkali-berkali bertengkar entah lewat telfon ataupun saat bertemu.
                “lo berantem lagi sama Nathan?” tanya citra
                “ya gitu deh. Males gue sama Nathan” kata Lisa kesal
                “ya udah lo coba ngertiin dia dulu lah kan dia lagi mau turnamen” kata Citra menenangkan
                “oh jadi lo belain Nathan?!” tanya Lisa sinis
                “ya ga gitu juga. Yaudah bahas yang lain aja” kata Citra mengalihkan pembicaraan.
Lisa dan Citra sudah bersahabat sejak lama jauh sebelum lisa berpacaran dengan nathan mereka saling berbagi, saling memahami dan saling mensupport satu sama lain walau terkadang ada bagian-bagian kecil dari diri mereka yang keduanya tidak saling mengetahui.  
                “trus lo pulangnya gimana?”tanya citra
                “ga tau nih paling minta jemput abang gue” kata Lisa
                “kebiasaan manja sih lo, apa-apa ga bisa mandiri yaudah gue anterin aja” kata Citra
                “makasih citra, emang yang paling baik deh” kata Lisa dengan penuh senyum. Lalu citrapun mengantar Lisa sampai rumahnya. Mereka berdua memang seperti saudara sampai-sampai orang dirumah mereka berduapun sudah dekat satu sama lain.
***
                Sesampainya dirumah citra “niiiit” suara dering ponsel Citra berbunyi, Citrapun langsung menjawab panggilan tersebut “Halo, kenapa than?”
                “cit kamu tau kan tadi aku berantem lagi sama Lisa” curahan hati Nathan
                “yah sabar ya, kan kamu tau lisa emang kaya gitu dari dulu dia tuh emang kaya anak kecil” kata Citra menenangkan
                “tapi aku mesti sabar sampe kapan aku udah  1 tahun pacaran sama lisa dan dia ga pernah berubah dari awal ketemu” kata Nathan mulai kesal
                “ya itu kan pilihan kamu dari awal terima kekurangan dia dan kamu juga coba untuk rubah dia” kata citra sambil menghela nafas
                “itu yang aku suka dari kamu, kamu tuh dewasa” kata Nathan
                “yaudah udah malem nih aku mau tidur dulu, sampai jumpa di sekolah ya” kata citra
                “yaudah good night have a nice dream” kata Nathan lalu mengakhiri panggilannya.
                Citra sebagai sahabat lisa sering menjadi teman curhat Nathan apalagi sikap citra yang dewasa membuat Nathan sering menceritakan masalah hatinya kepada citra tapi akhir-akhir ini bukan hanya masalah hati yang ia ceritakan kepada citra, masalah sekolah sampai kehidupan sehari-hari Nathan ia ceritakan kepada citra layaknya buku diary yang baik citrapun mendengarkan semua keluh kesah pacar sahabatnya itu.
***
                “selamat pagi citra, lisa” sapa hangat Nathan
                “selamat pagi juga sayaang” kata Lisa manja, walaupun mereka kemarin bertengkar tetapi seperti biasa mereka sudah baikan sekarang
                “selamat pagi juga than ayo masuk udah ada bu guru tuh” kata citra
                SMA mereka memang sangat disiplin jam 07.00 tepat mereka sudah masuk dan tidak ada pengecualian bagi siapapun yang telat.
                “cit, nanti gue mau jalan sama nathan” kata lisa pelan
                “ciee udah baikan mau ngapain?” kata citra
                “mau beli baju, abis udah bosen sama yang lama” kata lisa
                “kayanya belum awal bulan nih masih banyak aja uangnya haha”
                “minta beliin nathan hehe”
                “oh gitu” kata citra tersenyum getir
                Tak terasa jam pulang sekolah berbunyi merekapun keluar dengan riangnya terlebih untuk lisa karena hari ini dia akan pergi berdua dengan nathan ke pusat perbelanjaan.
                “cit, gue mau pergi dulu yaa dah” kata Lisa sambil melambaikan tangannya di jok belakang motor Nathan
                “iyaa hati-hati yaa”  jawab Citra sambil tersenyum.
                Entah kenpa akhir-akhir ini Citra merasa tak rela saat Nathan pergi dengan lisa entah kenapa dia tidak ingin Nathan hanya jadi ATM lisa, hanya sebagai sopir yang merangkap pacar untuk lisa ia tak ingin itu. Terlebih lagi citra tau kalau lisa tak pernah ada saat Nathan sedang sedih.
                Citra tak tahu kenapa akhir-akhir ini ia begitu empati kepada Nathan, apalagi sekarang Nathan selalu menelfonnya tiap malam sebelum tidur. Citra benar-benar tidak tahu kenapa ia bahkan bingung dengan perasaannya sendiri kepada Nathan kekasih sahabatnya.
                Seperti malam-malam kemarin Nathan kembali menelfon citra “Cit, apa kabar?” salam pembuka diucapkan Nathan
                “baik, than. Gimana yang abis belanja belanja?”tanya Citra
                “yah gitu deh si lisa kalo beli banyaak banget tekor aku” kata Nathan
                “kok kamu mau aja sih jadi ATM berjalannya lisa? Udah sering lisa kaya gini ke kamu” kata Citra 
                “kan kamu tau sendiri lisa emang kaya gitu aku juga bingung kenapa aku mau aja”
                “kamu ga seharusnya di gituin than, kamu bukan ATM buat lisa. Aku kaya gini karena aku peduli than sama kamu” Citra tak sadar apa yang ia ucapkan
                “iyaa cit, aku tau kamu peduli sama aku. Aku tau banget kok karena aku juga perhatian sama kamu. Udah malem kamu tidur gih” kata Nathan pelan
                “yaudah” kata Citra lalu mengakhiri telfon. Citra tak tau apa yang ia katakan citra tak sadar apa yang barusan ia ucapkan “aku peduli sama kamu” apa maksud perkataan itu barusan.  Nathan kekasih sahabatnya dan ia peduli terhadapnya. Apa yang ada di fikiranku saat ini? aku Cuma gamau Nathan Cuma jadi pelampiasan Lisa? Apa ada perasaan yang lebih dari itu? Ga mungkin. Semuanya berputar-putar dipikiran citra, ia sendiri tak menyadari apa yang ada dalam hati dan fikirannya saat ini.  semuanya tak terduga berjalan begitu cepat sampai ia sendiri tak mampu menahannya.
***
                Pagi yang cerah secerah matahari yang mulai menampakan sinarnya. Sepertinya hari ini matahari lagi berpihak baik kepada Nathan.  Hari ini final turnamen yang ia damba-dambakan  akan berlangsung. Tim futsal Nathan lolos final dan ia segera siap untuk menyambut kemenangan.
                “sa, nanti tonton aku yaa” kata Nathan  lewat ponsel
                “yah maaf than nanti aku sama mamah mau ke salon, maaf banget ya than” kata Lisa tak bersalah
                “ini final aku sa, kamu dateng dong” pinta Nathan
                “yah maaf than, aku tau ini final kamu tapi kamu juga janji mau nemenin aku ke salon dari kemaren juga ga nemenin kan?” kata Lisa lagi
                Nathan langsung mengakhiri telfon. Hatinya sakit pacarnya sendiri tidak mau datang menonton ia bermain. Padahal ini adalah final dan lisa tau final turnamen ini adalah impian Nathan. Lisa pun tahu seberapa besar perjuangan Nathan untuk mendapatkan tiket final ini, latihan fisik, strategi dan semuanya itu hampir tiap hari hanya untuk ini dan saat yang ditunggu-tunggu itu datang Lisa tak bisa hanya sekedar untuk menontonnya bermain. Hatinya hancur atas semua perjuangan Nathan selama ini tak dihargai apapun oleh Lisa. dia lebih memilih sesuatu yang jauh lebih penting SALON.
                Nathan yang sedang tak karuan itu langsung menyiapkan peralatan futsalnya dan menstarter motornya dan pegi melesat meninggalkan rumah dan hanya satu tujuannya rumah Citra.
                “citra, citra” panggil sesorang dari pagar
                Citra yang mendengar namanya dipanggil-panggil langsung keluar untuk mebukakan pintu “ eh Nathan masuk” kata Citra setengah kaget
                “makasih cit” kata Nathan lalu masuk ke rumah Citra
                “lah bukannya kamu mau tanding futsal ya?” tanya Citra
                “iya tadinya tapi aku ga mood, lisa ga mau nemenin aku dia lebih memilih ke salon dibanding nonton aku”
                Citra terdiam ia tak tahu apa yang harus ia katakan. Lisa sahabatnya dan Nathan adalah kekasih Sahabatnya yang mungkin juga spesial untuknya.
                “cit, aku ga ngerti sekarang harus gimana?! Aku kesel banget, selama ini aku dianggep apa!” kata Nathan dengan penuh emosi
                Tak sadar Citra memeluk Nathan sambil membisikan “yaudah aku aja yang nemenin kamu nonton futsal”
                Nathan pun membalas pelukan citra “makasih cit, kamu emang yang paling ngerti”
                Setelah hati Nathan lebih tenang citrapun melepaskan pelukannya. Ia tak tahu apa yang telah ia lakukan yang ia tau ia hanya ingin membuat Nathan lebih baik. Itu saja.
                Mereka berduapun berangkat ke sebuah tempat futsal yang cukup besar, ya disitulah tempat bertanding Nathan.
                “cit, kamu tunggu disini ya aku mau ganti trus siap-siap main” kata Nathan lalu meninggalkan Citra di bangku penonton
                “sukses ya” kata citra dengan senyuman penuh keyakinan
                Suara riuh penonton sudah mulai terdengar begitu kedua tim memasuki area futsal. Pendukung kedua tim meneriaki tim favoritnya masing – masing. Citra yang ada di bangku penontonpun tak kalah histerisnya ia menyemangati tim Nathan dengan sepenuh hati.
                “priiiiiit” suara peluit wasit dibunyikan bolapun mulai bergulir di lapangan
                Mula – mula bola ada di tim Nathan lalu cepat direbut oleh tim lawan begitupun selanmjutnya Ball Posession antara kedua pemain imbang. Layaknya bintang ternama semua yang ada di lapangan bermain dengan indah dan penuh semangat
                “goaaaaaaaal” teriak Citra
                Kedudukan sekarang di pegang oleh tim Nathan, tim Nathan lebih dahulu mencuri poin sekarang kedudukan 1-0 untuk tim Nathan. Sorak sorai penontonpun semakin riuh saat goal tercipta goal yang dilucurkan oleh kaki Nathan itu mampu membuat semangat pemain makin berkorban.
                “priiiiiiit” suara peluit babak pertama
                Skor sementara tim Nathan masih unggul ntipis dibanding tim lawan. Kedudukan pertama membuat semua pendukung senang terlebih Citra yang masih setia di bangku penonton.
                “priiiiiit” suara peluit babak ke-2 pun dimulai kembali
                Pertandingan di babak kedua bermain lebih alot. Bola semakin susah didapatkan oleh tim Nathan, entah kenapa permainan tim Nathan memburuk. Tendangan spekulasi tim Nathan dan kawan-kawan tak berhasil menembus gawang tim lawan.
                “goaaaaal” teriak salah satu suporter
                Citra tampak cemas mendengar suara riuhan suporter lawan itu. Sekarang kedudukan imbang  1-1 dan sisa pertandingan sebentar lagi usai. Pertandingan kembali berjalan seru tim Nathan yang telah kebobolan itu menjadi semanagat kembali untuk mengejar kemenangan. Waktu terasa sangat singakat dan benar saja tinggal 2 menit waktu sisa pertandingan
                “goaaaaal” teriak suporter tim lawan
                Tim Nathan kebobolan lagi dan benar saja
                “priiiiiit” peluit tanda usai pertandingan
                Tim Nathan kalah dengan skor tipis 2-1 atas kemenangan tim lawan. Tim Nathan muram begitu juga Nathan dan Citra mereka semua sedih atas kekalahan tim di menit-menit terakhir permainan.
                “kamu ga papa?” tanya Citra sambil menyodorkan air mineral
                “ya yang kaya kamu lihat aku kalah” jawab Nathan  lalu meminum air mineral itu
                “tapi kamu tetep menang ko buat aku” kata  Citra
                “makasih Cit, nanti kamu temenin aku muter-muter dulu ya”
                “iyaa”
                Setelah penyerahan tropi juara Nathan dan Citra lalu meninggalkan tempat futsal.  Mereka berputar-putar mengelilingi jalan dan tiba- tiba berhenti di sebuah taman kota.
                “cit, duduk duduk disini dulu ya” kata Nathan
                “okee” kata Citra
                “cit, aku seneng deh kamu ada sama aku”
                “aku juga” jawab citra singkat
                Nathan dan Citra lalu mencari tempat untuk melepas lelah. Merekapun menemukan bangku disudut taman dan duduk disana.
“aku ga tau apa yang aku rasain tapi aku juga ga bisa bohong terus”  kata Nathan menghela nafas
                Citra menaruh telunjuknya di bibir Nathan “ga usah di lanjutin, aku udah mulai ngerti”  kata Citra
                “tapi aku ga bisa cit” kata Nathan lalu memegang tangan citra “ aku ga bisa bohong kalau aku suka sama kamu, aku sayang sama kamu lebih dari aku sayang sama citra, aku cinta sama kamu lebih dari cinta aku ke Lisa. aku gabisa bohong lagi”
                Citra terdiam “aku juga” sambil menghela nafas berat “tapi aku sahabat Lisa, aku ga bisa”
                “aku ga butuh jawaban kamu, aku Cuma mau kamu tau. Aku ga bisa terus tersiksa kaya gini sementara kamu selalu nyuruh pertahanin hubungan aku sama lisa padahal aku sayang sama kamu” kata Nathan
                “aku juga than, aku juga ga ngerti perasaan aku ini aku juga sama tapi” citra menahan ucapannya lalu memeluk Nathan. Citra tak tahu apa yang ia rasakan sekarang tapi ia benar-benar cinta dengan kekasih sahabatnya itu.
                “udah kita jalanin aja begini” lalu Nathan memeluk erat Citra
***
                Kesokan harinya di sekolah Nathan, Lisa dan citra bertemu kembali. Lisa mengganggap semuanya baik-baik saja tak ada masalah dan seperti hari-hari sebelumnya bahagia karena punya sahabat super baik seperti Citra dan sangat cinta terhadap Nathan. Berbeda dengan Nathan dan Citra mereka seperti dua orang asing saat berhadapan dengan Lisa. tak berani saling tatap dan tak bisa menutupi perasaan satu sama lain.
                Hati memang tak dapat dibohongi tapi jika tak dapat dibohongi kenapa harus berterus terang kalau hanya menambah masalah. Citra masih sangat merasa bersalah kepada sahabatnya Lisa ia tak tahan kalau harus terus merasa bersalah ketika menatap Lisa.
                “sa, gimana kemaren yang abis ke salon?” tanya Citra mencairkan suasana
                “nih liat rambut gue udah wow banget kan?haha”  jawab Lisa bangga
                “haha iya emang lo yang paling wow deh” kata Citra
                “oyaa Nathan mana? Tadi ada disini kok dia langsung pergi” tanya Lisa bingung
                “ga tau” jawab Citra singkat dan pelan
                “oya nanti gue main ke rumah lo lagi ya pulang sekolah” kata Lisa
                “oh yaudah main aja” kata Citra
                Tak seperti biasanya Citra kurang senang dengan kehadiran Lisa dirumahnya. Entah kenapa perasaannya tidak enak. Seperti ada suatu kabut pekat yang membuat perasaannya tertutupi.
                Sesampainya dirumah  Citra seperti biasa tempat yang pertama dituju adalah kamar Citra. Di kamar itu banyak kenangan indah yang terukir manis bersama Lisa. Lisa dan Citra sudah bersahabat sejak mereka duduk di sekolah dasar. Mereka memang tak terpisahkan sampai disalah satu sudut kamar Citra di dekat lemari tertulis ‘Citra dan Lisa Best Friend Forever’ coretan masa Sekolah Dasar yang sengaja tak Citra hapus hingga kini.
                “sa, gue ganti baju dulu ya” kata Citra lalu meninggalkan Lisa sendiri di kamar
                “niiiit” nada dering ponsel Citra berbunyi. Lisa yang mendengar panggilan telfon itu langsung mengeluarkan ponsel Citra dari dalam tas. Alangkah kagetnya ketika ia tau yang menelfon adalah Nathan, saat ingin mengangkat telfon itu telfonnya lebih cepat mati sebelum Lisa menerimanya.
                “nit” bunyi sms dari ponsel Citra. Lagi- lagi dari Nathan, perlahan sms itu dibuka oleh Lisa betapa terkejutnya “aku udah otw ke rumah kamu niiih :*”  bunyi pesan singkat itu.
                Seperti petir yang menyambar di siang hari begitulah keadaan hati Lisa sekarang. Ia tak percaya kekasihnya dan sahabatnya.
                “sa, gue udaaaah selesai” kata Citra dengan ekspresi senang tapi begitu membuka pintu kamarnya Citra ikut terkejut ketika melihat Lisa memegang handphonenya
                “makasih buat semuanya!” kata Lisa lalu beranjak berdiri dari kasur Citra dan pergi dari kamar Citra
                Citra semakin mematung dengan sikap Lisa, ia tau apa penyebab Lisa marah tanpa membuka handphonenya. “Lisa tunggu” teriak Citra
                Lisa tak menghiraukan panggilan sahabatnya itu atau yang lebih tepat sekarang mantan sahabatnya. Ia pun berlari keluar rumah Citra.
                “sa, aku bisa jelasin” kata Citra mengejar larian Lisa
                “mau jelasin apalagi? Ga ada yang perlu dijelasin lagi. Gue udah tau semua” kata Lisa lalu berhenti di depan rumah Citra, ia tak mau membuat kegaduhan didalam rumah mantan sahabatnya itu.
                “sa, ini semua ga yang kaya lo fikir sa gue bisa jelasin” kata Citra “gue tuh emang ga ada apa-apa sama Nathan”
                “ga perlu dengan cara lo yang kaya gini aja gue udah ngerti. Gue ga nyangka lo sahabat macem apa cit, kita ini udah temenan dari kecil dan gue udah jadian sama Nathan udah 1 tahun tegaa lo!” kata Lisa mulai menangis
                “ga gitu sa, gue bener- bener ga ada apa-apa sama Nathan. Karena gue tau gue sahabat lo jadi gue ga nahan semua  ini. gue ngaku gue  emang salah suka sama pacar sahabat gue sendiri” kata Citra sambil menahan tangis
                “tuh kan lo emang jahat cit, gue udah nganggep lo saudara cit, tapi apa?” kata lisa terbata-bata ia tak kuat lagi menahan tangis. Ia tak menyangka orang yang ia anggap sahabat selama ini tega melakukan ini kepadanya.
                “lisa maafin gue. Gue tau gue salah tapi gue ga bisa bohongin perasaan gue. Kalo gue bisa milih gue juga gamau suka sama Nathan gue gamau sa. Maafin gue” kata Citra memohon
                Tiba-tiba motor yang tak asing berhenti di depan rumah Citra, Nathan. Nathan yang menyadari pertengkaran antara 2 sahabat itu dengan sigap turun dari motor dan menengahi mereka.
                “sa, maafin aku yang salah. Selama ini aku yang ngedeketin Citra” kata Nathan bersalah
                “OH KALIAN BERDUA EMANG SAMA! JAHAT!” kata Lisa dengan nada penuh emosi campur tangis. Ia tak menyangka sahabatnya sendiri dengan kekasihnya.
                “ga gitu sa, aku bisa jelasin. Tadinya aku emang suka sama kamu, aku cinta sama kamu  tapi” kata Nathan
                Belum sempat Nathan melanjutkan perkataannya “tapi apa? Gara-gara cewe ini Citra iya? Segitu teganya lo sama gue! Gue punya hati than, cit” kata Lisa
                “jangan salahin citra dia ga salah. Kamu kira aku tahan sama semua sikap kamu ke aku? Kamu ga pernah ada pas aku butuh kamu? Kamu Cuma jadiin aku ATM berjalan, sopir merangkap pacar dan yang paling penting kamu ga pernah ada waktu aku sedih” kata Nathan
                “tapi itu” Lisa terdiam tak bisa meneruskan kata-katanya sambil masih menahan tangis
                “kamu ga pernah ada sa, tapi citra dia ada buat aku. Kamu tau waktu aku final futsal kamu kemana? Kamu ga mau nemenin aku tapi citra mau” kata Nathan
                “gue bisa jelasin itu sa” kata Citra sambil menangis ia tak tahan lagi dengan situasi ini. ia merasa bersalah tapi ia juga mencintai kekasih sahabatnya.
                “lo mau jelasin apa?”tanya sinis Lisa
                “sa dengerin aku” kata Nathan sambil memegang tangan Lisa “kamu ga ada saat itu, aku yang ngajak citra. Kamu bahkan ga tau sa kalo aku kalah atau kamu ga mau tau sa”
                “Than, aku ga tau maafin aku. Aku ga nyangka selama ini kamu keberatan sama sifat aku. Aku ga tau tapi ga kaya gini juga caranya kenapa mesti citra?” kata Lisa
                “sa aku ga pernah milih Citra tapi hati aku yang milih dia. Maafin aku aku juga gamau semuanya berakhir kaya gini “ kata Nathan meyakinkan
                “Lisa maafin gue, gue janji ga bakal ngulangin lagi gue milih sahabat dibading cinta”kata Citra “gue ga mau persahabatan kita rusak kita ini temen dari kecil” kata Citra sambil terus menangis
                “maafin gue juga ya selama ini gue ga peka sama lo, lo ga perlu milih semuanya punya hak cinta persahabatan itu dua hal yang berbeda lo ga perlu kehilangan salah satunya”
                “gue tetep milih lo sahabat gue” kata citra lalu memeluk Lisa. keduanya menangis di pelukan masing-masing. Mereka berdua merasa bersalah dan rasa bersalah itu diluapkan dengan tangis oleh mereka berdua.
                Semenjak hari itu Lisa dan Citra semakin dekat tak ada rahasia lagi diantara keduanya bahkan hati yang tadinya hanya diam selalu terungkap untuk diceritakan. Lisa yang hatinya sempat terkuka karena cinta harus merelakan speparuh hatinya untuk sahabatnya. Lisa memahami kebahagian akan datang setelah hujan berhenti dan merelakan adalah suatu kebahagian yang tertunda. Cinta dan sahabat memang dua hal yang berbeda tetapi walaupun keduanya hal yang berbeda selalu ada cinta untuk membuatnya lebih indah. 

8 Februari 2013

Rabu, 06 Februari 2013

Hujan Membawaku kembali



Hujan Membawaku Kembali

Hujan.. bagiku kau tak hanya sekedar air
Tak  hanya tetesan air yang dikirimkan tuhan untuk bumi
Bagiku kau adalah kebahagiaan
Kebahagiaan yang tak pernah bisa diungkapkan kata-kata
Hujan .. kau bagai nyanyian merdu disetiap tetesnya
Bagai lukisan indah disetiap akhirnya
Kau lukiskan sejuta warna layaknya sejuta harapan yang sang pencipta ukir di langit
Namun adakah satu dari sejuta warna itu untukku?
             
              Rintihan hujan masih terdengar jelas dan aku masih memandangi  satu per satu tetesan hujan yang jatuh ke bumi di tempat ini. Masih menunggu hujan usai dan mengukiran sejuta warnanya di langit, aku juga masih menunggu telfon, pesan atau bahkan surat yang mungkin kau kirimkan untukku. Aku masih menunggu kabar darimu bahkan dirimu untuk ada disini sejak 4 tahun lalu.
****
            Bel sekolah  berbunyi semua murid segera bergegas keluar kelas masing-masing  dengan wajah ceria khas siswa SMA. Di pojok koridor tangga tampak seorang laki-laki yang menyusuri anak tangganya dengan santai
            “raka, nanti kamu les?” tanya seorang perempuan dari belakang
            “les ko ni” jawab laki-laki itu dengan senyum ramahnya lalu pergi
            “oke deh” jawabku. Sesaat laki- laki itu berbalik dan menuruni tangga akupun tersenyum
            Walaupun hanya satu pertanyaan basa-basi yang entah penting atau tidak untuknya asal pertanyaan itu dijawab aku sudah senang luar biasa. Sudah tiga tahun lebih rasanya aku mengagumi laki-laki itu. Laki-laki yang mungkin hingga saat ini tidak menolehkan perhatiannya kepadaku.
            Hari ini ada jadwal bimbel di sebuah tempat bimbingan belajar ternama di kotaku, aku yang sudah kelas 3 disibukan oleh kegiatan bimbingan belajar dan pelajaran tambahan di sekolah. Walau jadwal kelas 3 itu memang super padat tapi aku menyukainnya apalagi hari ini hari saat aku bimbingan belajar.
            Toktoktok “ maaf pa telat” kataku lalu masuk dan mencari bangku yang kosong.
            “wooo nia, duduk didepan telat-telat” kata bayu
            “maaf tadi ketiduran” kataku sambil cengar cengir. Aku memang selalu telat saat les entah karena baru pulang sekolah atau ketiduran seperti hari ini.
            “halaman 208” kata della teman sebelahku.
            Akupun langsung membuka buku halaman 208 seperti biasa setiap les Raka selalu duduk di barisan paling depan dan aku selau duduk di baris nomer dua di bagian berseberang  dengan Raka. Setiap pelajaran pun selalu sama setiap beberapa menit sekali aku menoleh ke arah dia dari belakang berharap suatu saat dia akan menoleh kebelakang juga saat aku melihatnya. Dela yang telah mengetahui dari lama perasaankupun hanya tersenyum saat dia kedapatan melihat aku sedang curi-curi pandang melihat raka.
            “ya gimana persiapan buat kuliahnya?” tanya ka Neneng . ka Neneng memang sudah sangat dekat dengan kami.
            “yah jangan ditanya itu mah ka” jawab ayi dengan pasrahnya.
            “raka gimana?” tanya kaka pengajar. Hampir semua kaka pengajar yang mengajar dikelasku mengenal Raka. Ya karena selain dia selalu berada di gugus depan Raka juga murid aktif.
            “ciiiiie, jadi Raka doang nih ka yang ditanyain kita engga” kata bayu
            “cieeee raka” kata anak-anak yang lain dan serentak kelas kita menjadi ramai.
            “yah semangat lah ka” jawab raka dengan senyum khas raka.
            “yah ka takut nih ka” kata dela
            “iya nih ka” kataku menambahkan
            “ya jangan menyerah dan terus semangat ya”
            “jangan menyerah jangan menyerah” kata akbar sambil menirukan vokalis band yang terkenal dengan lagu jangan menyerah itu. Suasana kelas pun kembali ramai walau hanya ada 10 orang yang ada di kelas tetapi seperti ada 40 orang didalamnya.
            “ayoo lanjut belajar lagi” kata ka Neneng. kami pun melanjutakn pelajaran kembali.
            Tidak terasa waktu les usai kamipun merapihkan buku dan pulang
            “pancong dulu yu!”ajak Akbar
            “ayuuuk” kata ahmad,ayi,raka dan dela serempak
            “trus aku ga ada motor nebeng siapa?” tanyaku
            “udah ama aku aja ni” kata della
            “yaudah yuuk” kataku
            “huuu nia mentang-mentang ada tebengannya” kata raka
            “biarin” kataku cuek lalu tak terasa pipiku memerah, Raka bilang kaya gitu sama aku.
            “ciee nia pipinya merah, ayoo ni cepet naik” kata dela
            “ih siapa yang pipinya merah” kataku lalu kami berangkat ke pancong
            “del, tadi Raka ngomong gitu ke aku” kataku
            “hahaha cie kan nia”kata dela tertawa sambil mengendarai motornya
            “dela” kataku senang
            “iya ni, iya” kata dela lalu memarkirkan motor karena sudah sampai pancong
            Pancong sesuai namanya adalah nama sebuah tempat di Depok yang menjual pancong. Tempatnya memang sederhana hanya sebuah rumah yang dilengkapi dengan bangku- bangku untuk duduk dan makan di dalam dan disamping rumah, tetapi tempat ini seakan tak pernah sepi mulai dari siswa SMP, SMA, kuliah pun menjadi pelanggan tempat ini.
            “eh pada mau makan apa?”tanya akbar
            “aku sucang aja” kata nia
            “yaudah aku juga del” kata dela
            “aku mau makan pancong keju” kata Raka
            “ya aku juga rak tolong pesenin” kata ayi
            “oke” kata Akbar lalu memesan makanan
            Pancongpun datang “emm enak nih” kata ayi
            “iya yi apalagi kalo gratis” kata Akbar
            “oh jadi akbar mau bayarin kita nih?” tanya Raka
            “asiiik kita dibayarin akbar” kataku
            “nambah lagi nih bar” tambah dela
            “eh apa-apaan nih wani piro? Duit mbahmu ” kata Akbar.
Kamipun tertawa mendengar Akbar, hampir setelah les kami mampir dahulu ke Pancong. Tempat ini memang tempat yang asik, tempat yang menyenangkan untuk sekedar duduk dan makan.
            Tak terasa hari sudah malam “eh ayoo pulang udah jam 8!”ajak dela
            “iyaa nih pulang yuu!” ajakku
            “iyaa ayoo pulang lagi juga pancongnya udah abis dari tadi” kata akbar sambil tertawa
            “yuuu pulang!” kata ayii
            Kamipun pulang dan menuju parkiran yang persis di depan Pancong
            “oya ni, maaf aku pengen ke toko buku dulu jadi ga bisa bareng kayanya” kata dela
            “yaah terus gimana dong? Aku ikut kamu aja deh” pintaku
            “yah aku lama, bareng Raka aja” kata dela
            “hah? Kenapa?”tanya Raka menghampiri motor dela
            “ini aku pengen ke toko buku dulu lama kayanya kamu bareng Nia aja ya” pinta dela
            “oh yaudah ayoo ni bareng aku aja gapapa ko” kata Raka
            “yah yaudah deh aku bareng kamu ya” kataku. Akupun langsung naik ke motor Raka
            “yaudah ya del, duluan takut kemaleman” kata Raka lalu pergi
            Aku diboncengin Raka naik motor, ini pertama kali aku naik motor bareng Raka. Aku gatau mau bilang apa rasanya pipikupun udah panas karena saking merahnya, laki-laki yang aku sukai dari kelas 1 SMA sekarang boncengin aku.
            “ni, kamu mau kuliah dimana?”tanya Raka
            “hah kenapa ka, maaf maaf” kataku masih tak sadar
            “kamu mau kuliah dimana ni?”tanya Raka dengan senyumnya yang terlihat dari spion
            “oh gatau nih aku mau teknik lingkungan UI Cuma ibuku nyuruhnya di teknik lingkungan Undip” kataku pasrah
            “undip dimana?semarang ya?” tanya Raka
            “iyaaa” jawabku pelan
            “jauh banget”
            “iya nih kamu mau dimana?”
            “aku masih belum tau tapi aku mau nyoba di jerman”
            “hah?!” kataku setengah teriak
            “hahaha tapi itu belum pasti ko”
            Tiba-tiba hening lalu akupun terdiam Jerman itu berapa jam dari depok? Apa akan puluang tiap tahun? Lalu seketika pikiran itu terhapus karena hujan tiba2 mengguyur kami dengan derasnya.
            “hujan ni, neduh dulu ya!” ajak Raka
            “ga usah lanjut aja udah malam” kataku menolak
            Lalu Raka berhenti disebuah warung di arah tole iskandar tak terasa kami sudah sampai sini “neduh dulu ya” kata Raka lalu memakirkan motor
            “yaudah deh”  kataku lalu turun dari motor
            Kamipun meneduh di warung itu pas sekali  warung itu sedang tutup
            “maaf ya jadi lama pulangnya” kat Raka
            “yaelah gapapa kali” kataku. Sebenarnya mau berapa lama aku disini aku gapapa ko asal kamu ada di dekat aku “kamu beneran mau kuliah di jerman”
            “aku gatau tapi teknik itu impian aku” kata Raka diikuti suara hujan yang semakin deras
            “oh gitu ka, yaudah semoga kamu bisa ke jerman ya” kataku lirih. Aku gatau apa ikhlas perkataanku barusan atau tidak aku gamau Raka pergi
            “oya ni aku seneng deh kalo lagi hujan”
            “kenapa?  bukannya ga enak ya? Kan ga bisa kemanamana” kataku
            “hujan itu salah satu nikmat ALLAH dan aku senang aja sama hujan gatau kenapa karena setiap kali hujan deras aku selalu bersama orang yang aku sayang” lalu Raka berhenti “ menurut aku hujan itu kebahagiaan”
            Aku terdiam mendengar ucapan Raka barusan “hujan deras bersama orang yang aku sayang” maksudnya itu apa?
            “menurut aku hujan itu kebahagiaan” lanjut  Raka. “kamu kedinginann ya?”tanya Raka lagi
            “ga ko” kataku yang memang kedinginan
            Raka lalu melepas jaketnya dan memakaikannya dibelakang badanku “nih pake aja kalo aku mah udah tekbal dingin gini”
            Aku tak bisa berkata-kata melihat Raka melepas jaketnya dan memakaikannya ke tubuhku. Aku bingung harus berkata apa, dan aku gatau apa yang sekarang aku rasain. Laki-laki yang udah aku suka selama 3 tahun dan sekarang berdiri di sebelahku dan rela kedinginan untukku
            “masih dingin ni?”tanya Raka lagi
            “ga ko, makasih ya. Sayang yah sekarang udah malem jadi ga bakal ada pelangi deh”kataku
            Rakapun tersenyum dengan senyuman manisnya “ya emang  ga selamanya setiap hujan ada pelangi sama kaya ga selamanya perjuangan kita berhasil tapi Allah selalu liat perjuangan kita ko”
            “bener ka” jawabku. Ya aku bakalan trus berjuang dengan impian aku sama kaya Raka yang berjuang terus buat ke jerman
            “eh ini udah reda hujannya” kata Raka sambil mengadahakan tangannya merasakan tetes tetes hujan terakhir.
            “iya nih udah reda” kataku sambil mengikuti Raka naik motor. Kamipun berjalan kembali menysuri jalan Depok yang masih basah.
            Sesampainya di rumah aku langsung mengganti pakaian yang memang basah kuyup kehujananan. Aku masih ga nyangka waktu yang tadi aku habiskan dengan Raka. Aku sungguh tak menyangka.
***
            Keesokan harinya di sekolah
            “ka, jaket kamu masih di aku nanti pas les aku bawa ya” kataku kepada Raka yang kebetulan lewat depan kelasku
            “yah jangan pas les, kan aku pake jaket juga. Males bawa 2 hehe nanti deh aku sms ya” kata Raka
            “yaudah” kataku. Semenjak saat itu aku makin suka sama Raka suka yang lebih dari sejak aku pertama melihat Raka.
            Kelas 3 semakin berat sebentar lagi SNMPTN tulis dilaksanakan semua daya dan upaya dilakukan para siswa kelas 3.  Tinggal hitungan hari nasib melanjutkan ke perguruan tinggi negri ditentukan. Banyak dari siswa yang udah mulai resah, gundah, galau atau bahkan ada yang biasa saja dalam menghadapi semuanya.
            Akupun hampir stress memikirkan akan kemana aku kuliah nanti apakah impianku akan tercapai? Aku ingin sekali melihat orangtuaku tersenyum bahagia akan keberhasilanku. Akupun selalu ingat kata-kata Raka saat hujan itu “memang tak ga selamanya setiap hujan ada pelangi sama kaya ga selamanya perjuangan kita berhasil tapi Allah selalu liat perjuangan kita” kata-kata itu aku buat motivasi setiap kali aku terjatuh dalam meraih mimpiku.
***
            Hari ini pelangi itu hadir menghadirkan sejuta warna dalam hidupku menghadikarkan kebahagian untuk orang tuaku. Namaku tercantum di koran pagi ini sebagai orang yang beruntung di Teknik Lingkungan UI. Hari ini tak habisnya aku bersyukur kepada sang Pencipta pagi yang indah di hari yang indah aku lolos aku berhasil.
            Nanti siang cap 3 jari ijazah akupun tak sabar menunggu siang untuk bertemu guru-guru berterima kasih atas apa yang telah mereka beri setelah 3 tahun ini. Bertemu teman-teman dan berbagi kebahagiaan ini.
            Pagipun berlalu tibalah siang murid-murid SMA 8 kelas 3 berkumpul di dekat ruang guru. Banyak ekspresi yang tak terlukiskan disana mulai dari yang sumringah sampai sembab dan tak bisa bicara. 
            “ni, selamat ya” kata Dela sambil memelukku
            “iyaa del makasih, kamu juga selamaat ya” kataku sambil balas memeluk teman seperjuanganku yang selalu bareng saat les ini.
            “kamu udah cap 3 jari?”tanya Dela
            “udah del, aku juga udah ngucapin terima kasih ke guru-guru aku seneng banget” kataku
            “udah ketemu Raka?”tanya Dela lagi
            “belom nih haha” kataku sambil tertawa
            Tiba-tiba Raka lewat “Nia gimana katanya keterima ya?” tanya Raka
            “iya alhamdulilah makasih ya supportnya” kataku
            “hah? Support apa nih?”tanya Raka bingung
            “aku pergi dulu ya” kata Dela
            “gapapa ko. Oya kamu gimana keterima juga kan?” tanyaku mengalihkan pembicaraan.
            “iya alhamdulilah keterima Cuma aku mau mantepin buat yang di jerman aja. Alhamdulilah aku udah lolos seleksi awalnya aku mau fokusin kesana”
            “oh gitu selamat ya” jawabku singkat aku bingung mau berkata apa
            “yah ntar kita pasti ketemu lagi ko” kata Raka lagi-lagi dengan senyuman manisnya
            “iya, oya aku ga bawa jaket kamu” jawabku kembali dengan ekspresi senang aku selalu luluh saat melihat senyum Raka, bagiku senyuman Raka itu tulus dan penuh makna.
            “iya ga apa apa minggu depan kan masih ke sekolah kita ketemu lagi”kata Raka
            “ya nanti kalo ga ketemu gimana?”
            “ketemu ko ketemu tos dulu dong” kata Raka sambil menjulurkan satu tangannya keatas
            “iya” kataku sambil menepuk tangan Raka menandakan kalau kami akan bertemu lagi
***
            Ternyata hari itu adalah hari terakhir aku melihat Raka, setelah itu Raka tak pernah ke sekolah lagi menurut teman dekatnya dia sedang menjalanai tes selanjutanya untuk ke jerman. Aku memakluminya karena aku tau Raka itu selalu fokus dalam menjalani apapun dan aku tau pasti dia sedang tidak mau konsentrasinya terpecah untuk harus bolak balik ke sekolah.
            Tapi sampai urusan sekolah selesai dan sekarang aku sedang ospek di universitas yang aku damba-dambakan ini Raka tak pernah ada kabar lagi sampai saat itu ada sebuah pesan yang masuk ke handphoneku begitu aku tau itudari Raka aku sangat senang dan isi pesan itu adalah
            “Nia hari ini aku berangkat ke jerman, jaga diri kamudi Depok ya J masalah jaket kamu simpen aja dulu ya mungkin pas kamu lagi baca sms aku, aku  udah ada di pesawat jadi jangan samperin aku ke bandara J see youu Nia aku yakin pelangi selalu ada untuk kamu ko J
            Hari itu kelabu hitam pekat sampai tak ada satu sinarpun yang mendekat bahkan hujan yang merupakan suatu kebahagian bagai malapetaka dahsyat yang menghujam seluruh jiwaku. Kenapa harus berjanji jika tak bisa menepati, kenapa harus dipertemukan jika akhirnya tak bisa disatukan.
***
            4 tahun berlalu dari peristiwa itu aku tak pernah lupa akan kenangan itu kenangan akan Pancong, Hujan, dan Raka aku tak pernah melupakannya sedetikpun. Inilah bulan-bulan terakhir aku sebagai mahasiswa Teknik.
            Akhir-akhir ini memang sering hujan aku yang selalu membawa motor dari kampuspun tak pernah kapok untuk membawa motor dan kebiasaan terburuk adalah aku selalu lupa membawa jas hujan, padahal benda itu sangat penting dikala musim hujan seperti saat ini. Benar saja hujan turun akupun memutuskan untuk meneduh karena hujan turun deras. Tanpa sengaja motorku berhenti ditempat dimana aku pernah meneduh disini 4 tahun lalu bersama Raka.
            Akupun berteduh lama di tempat ini, di tempat yang sama dan jaket yang sama jaket yang sebenarnya sudah aku taruh lemari dan tak pernah aku pakai lagi, tapi entah kenapa hari ini aku tiba-tiba ingin memakai jaket ini. Persis seperti 4 tahun lalu warung yang ada dibelakangku tempat aku meneduhpun sedang tutup.
            Tiba-tiba seseorang datang. Sepertinya dia ingin berteduh juga disini namun ia bukan pengendara motor sepertinya hanya pejalan kaki saja. Seseorang itu mendekat “boleh numpang neduh disini juga kan?”
            “iya boleh” aku terdiam menatap seseorang yang kini berada tepat didepanku “Raka?”
            “Nia apa kabar? Aku tetep nepatin janji aku kan kita pasti ketemu lagi” jawab Raka dengan senyum manisnya yang tak pernah berubah sejak dulu
            “kamu kenapa bisa disini?” tanyaku masih tak percaya
            “hujan yang membawaku kembali” jawab Raka singkat tapi penuh arti
            “kamu jahat” akupun menangis dan tak kusangka Raka memelukku dengan erat “Jangan pergi lagi” kataku
            “ga aku bakal tetep disini ko bersama kamu melihat indahnya pelangi” kata Raka lalu memelukku lebih erat lagi.

Hujan bagiku kau tetaplah kebahagian
Tetaplah anugrah Tuhan terindah
Dan aku bahagia karena itu
Terlebih pelangi itu kini benar-benar hadir mewarnai hariku