Jumat, 08 Februari 2013

Maaf


Maaf

“than, kamu bisa jemput aku ga sekarang di rumah citra?” tanya Lisa
                “yah maaf sa, aku ga bisa lagi futsal” jawab Nathan singkat
                “oh jadi sekarang kamu milih futsal?!” tanya Lisa dengan nada mulai tinggi
                “ya ga gitu juga sa, aku sekarang lagi turnamen ga bisa gitu aja ninggalin tim” kata Nathan tak mau kalah
                “oh yaudah terserah kamu deh aku capek” kata Lisa lalu “nuut” telpon dimatikan begitulah percakapan singkat Nathan dengan Lisa di telfon. Bukan kali pertama Nathan dan Lisa bertengkar mereka sudah berkali-berkali bertengkar entah lewat telfon ataupun saat bertemu.
                “lo berantem lagi sama Nathan?” tanya citra
                “ya gitu deh. Males gue sama Nathan” kata Lisa kesal
                “ya udah lo coba ngertiin dia dulu lah kan dia lagi mau turnamen” kata Citra menenangkan
                “oh jadi lo belain Nathan?!” tanya Lisa sinis
                “ya ga gitu juga. Yaudah bahas yang lain aja” kata Citra mengalihkan pembicaraan.
Lisa dan Citra sudah bersahabat sejak lama jauh sebelum lisa berpacaran dengan nathan mereka saling berbagi, saling memahami dan saling mensupport satu sama lain walau terkadang ada bagian-bagian kecil dari diri mereka yang keduanya tidak saling mengetahui.  
                “trus lo pulangnya gimana?”tanya citra
                “ga tau nih paling minta jemput abang gue” kata Lisa
                “kebiasaan manja sih lo, apa-apa ga bisa mandiri yaudah gue anterin aja” kata Citra
                “makasih citra, emang yang paling baik deh” kata Lisa dengan penuh senyum. Lalu citrapun mengantar Lisa sampai rumahnya. Mereka berdua memang seperti saudara sampai-sampai orang dirumah mereka berduapun sudah dekat satu sama lain.
***
                Sesampainya dirumah citra “niiiit” suara dering ponsel Citra berbunyi, Citrapun langsung menjawab panggilan tersebut “Halo, kenapa than?”
                “cit kamu tau kan tadi aku berantem lagi sama Lisa” curahan hati Nathan
                “yah sabar ya, kan kamu tau lisa emang kaya gitu dari dulu dia tuh emang kaya anak kecil” kata Citra menenangkan
                “tapi aku mesti sabar sampe kapan aku udah  1 tahun pacaran sama lisa dan dia ga pernah berubah dari awal ketemu” kata Nathan mulai kesal
                “ya itu kan pilihan kamu dari awal terima kekurangan dia dan kamu juga coba untuk rubah dia” kata citra sambil menghela nafas
                “itu yang aku suka dari kamu, kamu tuh dewasa” kata Nathan
                “yaudah udah malem nih aku mau tidur dulu, sampai jumpa di sekolah ya” kata citra
                “yaudah good night have a nice dream” kata Nathan lalu mengakhiri panggilannya.
                Citra sebagai sahabat lisa sering menjadi teman curhat Nathan apalagi sikap citra yang dewasa membuat Nathan sering menceritakan masalah hatinya kepada citra tapi akhir-akhir ini bukan hanya masalah hati yang ia ceritakan kepada citra, masalah sekolah sampai kehidupan sehari-hari Nathan ia ceritakan kepada citra layaknya buku diary yang baik citrapun mendengarkan semua keluh kesah pacar sahabatnya itu.
***
                “selamat pagi citra, lisa” sapa hangat Nathan
                “selamat pagi juga sayaang” kata Lisa manja, walaupun mereka kemarin bertengkar tetapi seperti biasa mereka sudah baikan sekarang
                “selamat pagi juga than ayo masuk udah ada bu guru tuh” kata citra
                SMA mereka memang sangat disiplin jam 07.00 tepat mereka sudah masuk dan tidak ada pengecualian bagi siapapun yang telat.
                “cit, nanti gue mau jalan sama nathan” kata lisa pelan
                “ciee udah baikan mau ngapain?” kata citra
                “mau beli baju, abis udah bosen sama yang lama” kata lisa
                “kayanya belum awal bulan nih masih banyak aja uangnya haha”
                “minta beliin nathan hehe”
                “oh gitu” kata citra tersenyum getir
                Tak terasa jam pulang sekolah berbunyi merekapun keluar dengan riangnya terlebih untuk lisa karena hari ini dia akan pergi berdua dengan nathan ke pusat perbelanjaan.
                “cit, gue mau pergi dulu yaa dah” kata Lisa sambil melambaikan tangannya di jok belakang motor Nathan
                “iyaa hati-hati yaa”  jawab Citra sambil tersenyum.
                Entah kenpa akhir-akhir ini Citra merasa tak rela saat Nathan pergi dengan lisa entah kenapa dia tidak ingin Nathan hanya jadi ATM lisa, hanya sebagai sopir yang merangkap pacar untuk lisa ia tak ingin itu. Terlebih lagi citra tau kalau lisa tak pernah ada saat Nathan sedang sedih.
                Citra tak tahu kenapa akhir-akhir ini ia begitu empati kepada Nathan, apalagi sekarang Nathan selalu menelfonnya tiap malam sebelum tidur. Citra benar-benar tidak tahu kenapa ia bahkan bingung dengan perasaannya sendiri kepada Nathan kekasih sahabatnya.
                Seperti malam-malam kemarin Nathan kembali menelfon citra “Cit, apa kabar?” salam pembuka diucapkan Nathan
                “baik, than. Gimana yang abis belanja belanja?”tanya Citra
                “yah gitu deh si lisa kalo beli banyaak banget tekor aku” kata Nathan
                “kok kamu mau aja sih jadi ATM berjalannya lisa? Udah sering lisa kaya gini ke kamu” kata Citra 
                “kan kamu tau sendiri lisa emang kaya gitu aku juga bingung kenapa aku mau aja”
                “kamu ga seharusnya di gituin than, kamu bukan ATM buat lisa. Aku kaya gini karena aku peduli than sama kamu” Citra tak sadar apa yang ia ucapkan
                “iyaa cit, aku tau kamu peduli sama aku. Aku tau banget kok karena aku juga perhatian sama kamu. Udah malem kamu tidur gih” kata Nathan pelan
                “yaudah” kata Citra lalu mengakhiri telfon. Citra tak tau apa yang ia katakan citra tak sadar apa yang barusan ia ucapkan “aku peduli sama kamu” apa maksud perkataan itu barusan.  Nathan kekasih sahabatnya dan ia peduli terhadapnya. Apa yang ada di fikiranku saat ini? aku Cuma gamau Nathan Cuma jadi pelampiasan Lisa? Apa ada perasaan yang lebih dari itu? Ga mungkin. Semuanya berputar-putar dipikiran citra, ia sendiri tak menyadari apa yang ada dalam hati dan fikirannya saat ini.  semuanya tak terduga berjalan begitu cepat sampai ia sendiri tak mampu menahannya.
***
                Pagi yang cerah secerah matahari yang mulai menampakan sinarnya. Sepertinya hari ini matahari lagi berpihak baik kepada Nathan.  Hari ini final turnamen yang ia damba-dambakan  akan berlangsung. Tim futsal Nathan lolos final dan ia segera siap untuk menyambut kemenangan.
                “sa, nanti tonton aku yaa” kata Nathan  lewat ponsel
                “yah maaf than nanti aku sama mamah mau ke salon, maaf banget ya than” kata Lisa tak bersalah
                “ini final aku sa, kamu dateng dong” pinta Nathan
                “yah maaf than, aku tau ini final kamu tapi kamu juga janji mau nemenin aku ke salon dari kemaren juga ga nemenin kan?” kata Lisa lagi
                Nathan langsung mengakhiri telfon. Hatinya sakit pacarnya sendiri tidak mau datang menonton ia bermain. Padahal ini adalah final dan lisa tau final turnamen ini adalah impian Nathan. Lisa pun tahu seberapa besar perjuangan Nathan untuk mendapatkan tiket final ini, latihan fisik, strategi dan semuanya itu hampir tiap hari hanya untuk ini dan saat yang ditunggu-tunggu itu datang Lisa tak bisa hanya sekedar untuk menontonnya bermain. Hatinya hancur atas semua perjuangan Nathan selama ini tak dihargai apapun oleh Lisa. dia lebih memilih sesuatu yang jauh lebih penting SALON.
                Nathan yang sedang tak karuan itu langsung menyiapkan peralatan futsalnya dan menstarter motornya dan pegi melesat meninggalkan rumah dan hanya satu tujuannya rumah Citra.
                “citra, citra” panggil sesorang dari pagar
                Citra yang mendengar namanya dipanggil-panggil langsung keluar untuk mebukakan pintu “ eh Nathan masuk” kata Citra setengah kaget
                “makasih cit” kata Nathan lalu masuk ke rumah Citra
                “lah bukannya kamu mau tanding futsal ya?” tanya Citra
                “iya tadinya tapi aku ga mood, lisa ga mau nemenin aku dia lebih memilih ke salon dibanding nonton aku”
                Citra terdiam ia tak tahu apa yang harus ia katakan. Lisa sahabatnya dan Nathan adalah kekasih Sahabatnya yang mungkin juga spesial untuknya.
                “cit, aku ga ngerti sekarang harus gimana?! Aku kesel banget, selama ini aku dianggep apa!” kata Nathan dengan penuh emosi
                Tak sadar Citra memeluk Nathan sambil membisikan “yaudah aku aja yang nemenin kamu nonton futsal”
                Nathan pun membalas pelukan citra “makasih cit, kamu emang yang paling ngerti”
                Setelah hati Nathan lebih tenang citrapun melepaskan pelukannya. Ia tak tahu apa yang telah ia lakukan yang ia tau ia hanya ingin membuat Nathan lebih baik. Itu saja.
                Mereka berduapun berangkat ke sebuah tempat futsal yang cukup besar, ya disitulah tempat bertanding Nathan.
                “cit, kamu tunggu disini ya aku mau ganti trus siap-siap main” kata Nathan lalu meninggalkan Citra di bangku penonton
                “sukses ya” kata citra dengan senyuman penuh keyakinan
                Suara riuh penonton sudah mulai terdengar begitu kedua tim memasuki area futsal. Pendukung kedua tim meneriaki tim favoritnya masing – masing. Citra yang ada di bangku penontonpun tak kalah histerisnya ia menyemangati tim Nathan dengan sepenuh hati.
                “priiiiiit” suara peluit wasit dibunyikan bolapun mulai bergulir di lapangan
                Mula – mula bola ada di tim Nathan lalu cepat direbut oleh tim lawan begitupun selanmjutnya Ball Posession antara kedua pemain imbang. Layaknya bintang ternama semua yang ada di lapangan bermain dengan indah dan penuh semangat
                “goaaaaaaaal” teriak Citra
                Kedudukan sekarang di pegang oleh tim Nathan, tim Nathan lebih dahulu mencuri poin sekarang kedudukan 1-0 untuk tim Nathan. Sorak sorai penontonpun semakin riuh saat goal tercipta goal yang dilucurkan oleh kaki Nathan itu mampu membuat semangat pemain makin berkorban.
                “priiiiiiit” suara peluit babak pertama
                Skor sementara tim Nathan masih unggul ntipis dibanding tim lawan. Kedudukan pertama membuat semua pendukung senang terlebih Citra yang masih setia di bangku penonton.
                “priiiiiit” suara peluit babak ke-2 pun dimulai kembali
                Pertandingan di babak kedua bermain lebih alot. Bola semakin susah didapatkan oleh tim Nathan, entah kenapa permainan tim Nathan memburuk. Tendangan spekulasi tim Nathan dan kawan-kawan tak berhasil menembus gawang tim lawan.
                “goaaaaal” teriak salah satu suporter
                Citra tampak cemas mendengar suara riuhan suporter lawan itu. Sekarang kedudukan imbang  1-1 dan sisa pertandingan sebentar lagi usai. Pertandingan kembali berjalan seru tim Nathan yang telah kebobolan itu menjadi semanagat kembali untuk mengejar kemenangan. Waktu terasa sangat singakat dan benar saja tinggal 2 menit waktu sisa pertandingan
                “goaaaaal” teriak suporter tim lawan
                Tim Nathan kebobolan lagi dan benar saja
                “priiiiiit” peluit tanda usai pertandingan
                Tim Nathan kalah dengan skor tipis 2-1 atas kemenangan tim lawan. Tim Nathan muram begitu juga Nathan dan Citra mereka semua sedih atas kekalahan tim di menit-menit terakhir permainan.
                “kamu ga papa?” tanya Citra sambil menyodorkan air mineral
                “ya yang kaya kamu lihat aku kalah” jawab Nathan  lalu meminum air mineral itu
                “tapi kamu tetep menang ko buat aku” kata  Citra
                “makasih Cit, nanti kamu temenin aku muter-muter dulu ya”
                “iyaa”
                Setelah penyerahan tropi juara Nathan dan Citra lalu meninggalkan tempat futsal.  Mereka berputar-putar mengelilingi jalan dan tiba- tiba berhenti di sebuah taman kota.
                “cit, duduk duduk disini dulu ya” kata Nathan
                “okee” kata Citra
                “cit, aku seneng deh kamu ada sama aku”
                “aku juga” jawab citra singkat
                Nathan dan Citra lalu mencari tempat untuk melepas lelah. Merekapun menemukan bangku disudut taman dan duduk disana.
“aku ga tau apa yang aku rasain tapi aku juga ga bisa bohong terus”  kata Nathan menghela nafas
                Citra menaruh telunjuknya di bibir Nathan “ga usah di lanjutin, aku udah mulai ngerti”  kata Citra
                “tapi aku ga bisa cit” kata Nathan lalu memegang tangan citra “ aku ga bisa bohong kalau aku suka sama kamu, aku sayang sama kamu lebih dari aku sayang sama citra, aku cinta sama kamu lebih dari cinta aku ke Lisa. aku gabisa bohong lagi”
                Citra terdiam “aku juga” sambil menghela nafas berat “tapi aku sahabat Lisa, aku ga bisa”
                “aku ga butuh jawaban kamu, aku Cuma mau kamu tau. Aku ga bisa terus tersiksa kaya gini sementara kamu selalu nyuruh pertahanin hubungan aku sama lisa padahal aku sayang sama kamu” kata Nathan
                “aku juga than, aku juga ga ngerti perasaan aku ini aku juga sama tapi” citra menahan ucapannya lalu memeluk Nathan. Citra tak tahu apa yang ia rasakan sekarang tapi ia benar-benar cinta dengan kekasih sahabatnya itu.
                “udah kita jalanin aja begini” lalu Nathan memeluk erat Citra
***
                Kesokan harinya di sekolah Nathan, Lisa dan citra bertemu kembali. Lisa mengganggap semuanya baik-baik saja tak ada masalah dan seperti hari-hari sebelumnya bahagia karena punya sahabat super baik seperti Citra dan sangat cinta terhadap Nathan. Berbeda dengan Nathan dan Citra mereka seperti dua orang asing saat berhadapan dengan Lisa. tak berani saling tatap dan tak bisa menutupi perasaan satu sama lain.
                Hati memang tak dapat dibohongi tapi jika tak dapat dibohongi kenapa harus berterus terang kalau hanya menambah masalah. Citra masih sangat merasa bersalah kepada sahabatnya Lisa ia tak tahan kalau harus terus merasa bersalah ketika menatap Lisa.
                “sa, gimana kemaren yang abis ke salon?” tanya Citra mencairkan suasana
                “nih liat rambut gue udah wow banget kan?haha”  jawab Lisa bangga
                “haha iya emang lo yang paling wow deh” kata Citra
                “oyaa Nathan mana? Tadi ada disini kok dia langsung pergi” tanya Lisa bingung
                “ga tau” jawab Citra singkat dan pelan
                “oya nanti gue main ke rumah lo lagi ya pulang sekolah” kata Lisa
                “oh yaudah main aja” kata Citra
                Tak seperti biasanya Citra kurang senang dengan kehadiran Lisa dirumahnya. Entah kenapa perasaannya tidak enak. Seperti ada suatu kabut pekat yang membuat perasaannya tertutupi.
                Sesampainya dirumah  Citra seperti biasa tempat yang pertama dituju adalah kamar Citra. Di kamar itu banyak kenangan indah yang terukir manis bersama Lisa. Lisa dan Citra sudah bersahabat sejak mereka duduk di sekolah dasar. Mereka memang tak terpisahkan sampai disalah satu sudut kamar Citra di dekat lemari tertulis ‘Citra dan Lisa Best Friend Forever’ coretan masa Sekolah Dasar yang sengaja tak Citra hapus hingga kini.
                “sa, gue ganti baju dulu ya” kata Citra lalu meninggalkan Lisa sendiri di kamar
                “niiiit” nada dering ponsel Citra berbunyi. Lisa yang mendengar panggilan telfon itu langsung mengeluarkan ponsel Citra dari dalam tas. Alangkah kagetnya ketika ia tau yang menelfon adalah Nathan, saat ingin mengangkat telfon itu telfonnya lebih cepat mati sebelum Lisa menerimanya.
                “nit” bunyi sms dari ponsel Citra. Lagi- lagi dari Nathan, perlahan sms itu dibuka oleh Lisa betapa terkejutnya “aku udah otw ke rumah kamu niiih :*”  bunyi pesan singkat itu.
                Seperti petir yang menyambar di siang hari begitulah keadaan hati Lisa sekarang. Ia tak percaya kekasihnya dan sahabatnya.
                “sa, gue udaaaah selesai” kata Citra dengan ekspresi senang tapi begitu membuka pintu kamarnya Citra ikut terkejut ketika melihat Lisa memegang handphonenya
                “makasih buat semuanya!” kata Lisa lalu beranjak berdiri dari kasur Citra dan pergi dari kamar Citra
                Citra semakin mematung dengan sikap Lisa, ia tau apa penyebab Lisa marah tanpa membuka handphonenya. “Lisa tunggu” teriak Citra
                Lisa tak menghiraukan panggilan sahabatnya itu atau yang lebih tepat sekarang mantan sahabatnya. Ia pun berlari keluar rumah Citra.
                “sa, aku bisa jelasin” kata Citra mengejar larian Lisa
                “mau jelasin apalagi? Ga ada yang perlu dijelasin lagi. Gue udah tau semua” kata Lisa lalu berhenti di depan rumah Citra, ia tak mau membuat kegaduhan didalam rumah mantan sahabatnya itu.
                “sa, ini semua ga yang kaya lo fikir sa gue bisa jelasin” kata Citra “gue tuh emang ga ada apa-apa sama Nathan”
                “ga perlu dengan cara lo yang kaya gini aja gue udah ngerti. Gue ga nyangka lo sahabat macem apa cit, kita ini udah temenan dari kecil dan gue udah jadian sama Nathan udah 1 tahun tegaa lo!” kata Lisa mulai menangis
                “ga gitu sa, gue bener- bener ga ada apa-apa sama Nathan. Karena gue tau gue sahabat lo jadi gue ga nahan semua  ini. gue ngaku gue  emang salah suka sama pacar sahabat gue sendiri” kata Citra sambil menahan tangis
                “tuh kan lo emang jahat cit, gue udah nganggep lo saudara cit, tapi apa?” kata lisa terbata-bata ia tak kuat lagi menahan tangis. Ia tak menyangka orang yang ia anggap sahabat selama ini tega melakukan ini kepadanya.
                “lisa maafin gue. Gue tau gue salah tapi gue ga bisa bohongin perasaan gue. Kalo gue bisa milih gue juga gamau suka sama Nathan gue gamau sa. Maafin gue” kata Citra memohon
                Tiba-tiba motor yang tak asing berhenti di depan rumah Citra, Nathan. Nathan yang menyadari pertengkaran antara 2 sahabat itu dengan sigap turun dari motor dan menengahi mereka.
                “sa, maafin aku yang salah. Selama ini aku yang ngedeketin Citra” kata Nathan bersalah
                “OH KALIAN BERDUA EMANG SAMA! JAHAT!” kata Lisa dengan nada penuh emosi campur tangis. Ia tak menyangka sahabatnya sendiri dengan kekasihnya.
                “ga gitu sa, aku bisa jelasin. Tadinya aku emang suka sama kamu, aku cinta sama kamu  tapi” kata Nathan
                Belum sempat Nathan melanjutkan perkataannya “tapi apa? Gara-gara cewe ini Citra iya? Segitu teganya lo sama gue! Gue punya hati than, cit” kata Lisa
                “jangan salahin citra dia ga salah. Kamu kira aku tahan sama semua sikap kamu ke aku? Kamu ga pernah ada pas aku butuh kamu? Kamu Cuma jadiin aku ATM berjalan, sopir merangkap pacar dan yang paling penting kamu ga pernah ada waktu aku sedih” kata Nathan
                “tapi itu” Lisa terdiam tak bisa meneruskan kata-katanya sambil masih menahan tangis
                “kamu ga pernah ada sa, tapi citra dia ada buat aku. Kamu tau waktu aku final futsal kamu kemana? Kamu ga mau nemenin aku tapi citra mau” kata Nathan
                “gue bisa jelasin itu sa” kata Citra sambil menangis ia tak tahan lagi dengan situasi ini. ia merasa bersalah tapi ia juga mencintai kekasih sahabatnya.
                “lo mau jelasin apa?”tanya sinis Lisa
                “sa dengerin aku” kata Nathan sambil memegang tangan Lisa “kamu ga ada saat itu, aku yang ngajak citra. Kamu bahkan ga tau sa kalo aku kalah atau kamu ga mau tau sa”
                “Than, aku ga tau maafin aku. Aku ga nyangka selama ini kamu keberatan sama sifat aku. Aku ga tau tapi ga kaya gini juga caranya kenapa mesti citra?” kata Lisa
                “sa aku ga pernah milih Citra tapi hati aku yang milih dia. Maafin aku aku juga gamau semuanya berakhir kaya gini “ kata Nathan meyakinkan
                “Lisa maafin gue, gue janji ga bakal ngulangin lagi gue milih sahabat dibading cinta”kata Citra “gue ga mau persahabatan kita rusak kita ini temen dari kecil” kata Citra sambil terus menangis
                “maafin gue juga ya selama ini gue ga peka sama lo, lo ga perlu milih semuanya punya hak cinta persahabatan itu dua hal yang berbeda lo ga perlu kehilangan salah satunya”
                “gue tetep milih lo sahabat gue” kata citra lalu memeluk Lisa. keduanya menangis di pelukan masing-masing. Mereka berdua merasa bersalah dan rasa bersalah itu diluapkan dengan tangis oleh mereka berdua.
                Semenjak hari itu Lisa dan Citra semakin dekat tak ada rahasia lagi diantara keduanya bahkan hati yang tadinya hanya diam selalu terungkap untuk diceritakan. Lisa yang hatinya sempat terkuka karena cinta harus merelakan speparuh hatinya untuk sahabatnya. Lisa memahami kebahagian akan datang setelah hujan berhenti dan merelakan adalah suatu kebahagian yang tertunda. Cinta dan sahabat memang dua hal yang berbeda tetapi walaupun keduanya hal yang berbeda selalu ada cinta untuk membuatnya lebih indah. 

8 Februari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar