Rabu, 06 Februari 2013

Hujan Membawaku kembali



Hujan Membawaku Kembali

Hujan.. bagiku kau tak hanya sekedar air
Tak  hanya tetesan air yang dikirimkan tuhan untuk bumi
Bagiku kau adalah kebahagiaan
Kebahagiaan yang tak pernah bisa diungkapkan kata-kata
Hujan .. kau bagai nyanyian merdu disetiap tetesnya
Bagai lukisan indah disetiap akhirnya
Kau lukiskan sejuta warna layaknya sejuta harapan yang sang pencipta ukir di langit
Namun adakah satu dari sejuta warna itu untukku?
             
              Rintihan hujan masih terdengar jelas dan aku masih memandangi  satu per satu tetesan hujan yang jatuh ke bumi di tempat ini. Masih menunggu hujan usai dan mengukiran sejuta warnanya di langit, aku juga masih menunggu telfon, pesan atau bahkan surat yang mungkin kau kirimkan untukku. Aku masih menunggu kabar darimu bahkan dirimu untuk ada disini sejak 4 tahun lalu.
****
            Bel sekolah  berbunyi semua murid segera bergegas keluar kelas masing-masing  dengan wajah ceria khas siswa SMA. Di pojok koridor tangga tampak seorang laki-laki yang menyusuri anak tangganya dengan santai
            “raka, nanti kamu les?” tanya seorang perempuan dari belakang
            “les ko ni” jawab laki-laki itu dengan senyum ramahnya lalu pergi
            “oke deh” jawabku. Sesaat laki- laki itu berbalik dan menuruni tangga akupun tersenyum
            Walaupun hanya satu pertanyaan basa-basi yang entah penting atau tidak untuknya asal pertanyaan itu dijawab aku sudah senang luar biasa. Sudah tiga tahun lebih rasanya aku mengagumi laki-laki itu. Laki-laki yang mungkin hingga saat ini tidak menolehkan perhatiannya kepadaku.
            Hari ini ada jadwal bimbel di sebuah tempat bimbingan belajar ternama di kotaku, aku yang sudah kelas 3 disibukan oleh kegiatan bimbingan belajar dan pelajaran tambahan di sekolah. Walau jadwal kelas 3 itu memang super padat tapi aku menyukainnya apalagi hari ini hari saat aku bimbingan belajar.
            Toktoktok “ maaf pa telat” kataku lalu masuk dan mencari bangku yang kosong.
            “wooo nia, duduk didepan telat-telat” kata bayu
            “maaf tadi ketiduran” kataku sambil cengar cengir. Aku memang selalu telat saat les entah karena baru pulang sekolah atau ketiduran seperti hari ini.
            “halaman 208” kata della teman sebelahku.
            Akupun langsung membuka buku halaman 208 seperti biasa setiap les Raka selalu duduk di barisan paling depan dan aku selau duduk di baris nomer dua di bagian berseberang  dengan Raka. Setiap pelajaran pun selalu sama setiap beberapa menit sekali aku menoleh ke arah dia dari belakang berharap suatu saat dia akan menoleh kebelakang juga saat aku melihatnya. Dela yang telah mengetahui dari lama perasaankupun hanya tersenyum saat dia kedapatan melihat aku sedang curi-curi pandang melihat raka.
            “ya gimana persiapan buat kuliahnya?” tanya ka Neneng . ka Neneng memang sudah sangat dekat dengan kami.
            “yah jangan ditanya itu mah ka” jawab ayi dengan pasrahnya.
            “raka gimana?” tanya kaka pengajar. Hampir semua kaka pengajar yang mengajar dikelasku mengenal Raka. Ya karena selain dia selalu berada di gugus depan Raka juga murid aktif.
            “ciiiiie, jadi Raka doang nih ka yang ditanyain kita engga” kata bayu
            “cieeee raka” kata anak-anak yang lain dan serentak kelas kita menjadi ramai.
            “yah semangat lah ka” jawab raka dengan senyum khas raka.
            “yah ka takut nih ka” kata dela
            “iya nih ka” kataku menambahkan
            “ya jangan menyerah dan terus semangat ya”
            “jangan menyerah jangan menyerah” kata akbar sambil menirukan vokalis band yang terkenal dengan lagu jangan menyerah itu. Suasana kelas pun kembali ramai walau hanya ada 10 orang yang ada di kelas tetapi seperti ada 40 orang didalamnya.
            “ayoo lanjut belajar lagi” kata ka Neneng. kami pun melanjutakn pelajaran kembali.
            Tidak terasa waktu les usai kamipun merapihkan buku dan pulang
            “pancong dulu yu!”ajak Akbar
            “ayuuuk” kata ahmad,ayi,raka dan dela serempak
            “trus aku ga ada motor nebeng siapa?” tanyaku
            “udah ama aku aja ni” kata della
            “yaudah yuuk” kataku
            “huuu nia mentang-mentang ada tebengannya” kata raka
            “biarin” kataku cuek lalu tak terasa pipiku memerah, Raka bilang kaya gitu sama aku.
            “ciee nia pipinya merah, ayoo ni cepet naik” kata dela
            “ih siapa yang pipinya merah” kataku lalu kami berangkat ke pancong
            “del, tadi Raka ngomong gitu ke aku” kataku
            “hahaha cie kan nia”kata dela tertawa sambil mengendarai motornya
            “dela” kataku senang
            “iya ni, iya” kata dela lalu memarkirkan motor karena sudah sampai pancong
            Pancong sesuai namanya adalah nama sebuah tempat di Depok yang menjual pancong. Tempatnya memang sederhana hanya sebuah rumah yang dilengkapi dengan bangku- bangku untuk duduk dan makan di dalam dan disamping rumah, tetapi tempat ini seakan tak pernah sepi mulai dari siswa SMP, SMA, kuliah pun menjadi pelanggan tempat ini.
            “eh pada mau makan apa?”tanya akbar
            “aku sucang aja” kata nia
            “yaudah aku juga del” kata dela
            “aku mau makan pancong keju” kata Raka
            “ya aku juga rak tolong pesenin” kata ayi
            “oke” kata Akbar lalu memesan makanan
            Pancongpun datang “emm enak nih” kata ayi
            “iya yi apalagi kalo gratis” kata Akbar
            “oh jadi akbar mau bayarin kita nih?” tanya Raka
            “asiiik kita dibayarin akbar” kataku
            “nambah lagi nih bar” tambah dela
            “eh apa-apaan nih wani piro? Duit mbahmu ” kata Akbar.
Kamipun tertawa mendengar Akbar, hampir setelah les kami mampir dahulu ke Pancong. Tempat ini memang tempat yang asik, tempat yang menyenangkan untuk sekedar duduk dan makan.
            Tak terasa hari sudah malam “eh ayoo pulang udah jam 8!”ajak dela
            “iyaa nih pulang yuu!” ajakku
            “iyaa ayoo pulang lagi juga pancongnya udah abis dari tadi” kata akbar sambil tertawa
            “yuuu pulang!” kata ayii
            Kamipun pulang dan menuju parkiran yang persis di depan Pancong
            “oya ni, maaf aku pengen ke toko buku dulu jadi ga bisa bareng kayanya” kata dela
            “yaah terus gimana dong? Aku ikut kamu aja deh” pintaku
            “yah aku lama, bareng Raka aja” kata dela
            “hah? Kenapa?”tanya Raka menghampiri motor dela
            “ini aku pengen ke toko buku dulu lama kayanya kamu bareng Nia aja ya” pinta dela
            “oh yaudah ayoo ni bareng aku aja gapapa ko” kata Raka
            “yah yaudah deh aku bareng kamu ya” kataku. Akupun langsung naik ke motor Raka
            “yaudah ya del, duluan takut kemaleman” kata Raka lalu pergi
            Aku diboncengin Raka naik motor, ini pertama kali aku naik motor bareng Raka. Aku gatau mau bilang apa rasanya pipikupun udah panas karena saking merahnya, laki-laki yang aku sukai dari kelas 1 SMA sekarang boncengin aku.
            “ni, kamu mau kuliah dimana?”tanya Raka
            “hah kenapa ka, maaf maaf” kataku masih tak sadar
            “kamu mau kuliah dimana ni?”tanya Raka dengan senyumnya yang terlihat dari spion
            “oh gatau nih aku mau teknik lingkungan UI Cuma ibuku nyuruhnya di teknik lingkungan Undip” kataku pasrah
            “undip dimana?semarang ya?” tanya Raka
            “iyaaa” jawabku pelan
            “jauh banget”
            “iya nih kamu mau dimana?”
            “aku masih belum tau tapi aku mau nyoba di jerman”
            “hah?!” kataku setengah teriak
            “hahaha tapi itu belum pasti ko”
            Tiba-tiba hening lalu akupun terdiam Jerman itu berapa jam dari depok? Apa akan puluang tiap tahun? Lalu seketika pikiran itu terhapus karena hujan tiba2 mengguyur kami dengan derasnya.
            “hujan ni, neduh dulu ya!” ajak Raka
            “ga usah lanjut aja udah malam” kataku menolak
            Lalu Raka berhenti disebuah warung di arah tole iskandar tak terasa kami sudah sampai sini “neduh dulu ya” kata Raka lalu memakirkan motor
            “yaudah deh”  kataku lalu turun dari motor
            Kamipun meneduh di warung itu pas sekali  warung itu sedang tutup
            “maaf ya jadi lama pulangnya” kat Raka
            “yaelah gapapa kali” kataku. Sebenarnya mau berapa lama aku disini aku gapapa ko asal kamu ada di dekat aku “kamu beneran mau kuliah di jerman”
            “aku gatau tapi teknik itu impian aku” kata Raka diikuti suara hujan yang semakin deras
            “oh gitu ka, yaudah semoga kamu bisa ke jerman ya” kataku lirih. Aku gatau apa ikhlas perkataanku barusan atau tidak aku gamau Raka pergi
            “oya ni aku seneng deh kalo lagi hujan”
            “kenapa?  bukannya ga enak ya? Kan ga bisa kemanamana” kataku
            “hujan itu salah satu nikmat ALLAH dan aku senang aja sama hujan gatau kenapa karena setiap kali hujan deras aku selalu bersama orang yang aku sayang” lalu Raka berhenti “ menurut aku hujan itu kebahagiaan”
            Aku terdiam mendengar ucapan Raka barusan “hujan deras bersama orang yang aku sayang” maksudnya itu apa?
            “menurut aku hujan itu kebahagiaan” lanjut  Raka. “kamu kedinginann ya?”tanya Raka lagi
            “ga ko” kataku yang memang kedinginan
            Raka lalu melepas jaketnya dan memakaikannya dibelakang badanku “nih pake aja kalo aku mah udah tekbal dingin gini”
            Aku tak bisa berkata-kata melihat Raka melepas jaketnya dan memakaikannya ke tubuhku. Aku bingung harus berkata apa, dan aku gatau apa yang sekarang aku rasain. Laki-laki yang udah aku suka selama 3 tahun dan sekarang berdiri di sebelahku dan rela kedinginan untukku
            “masih dingin ni?”tanya Raka lagi
            “ga ko, makasih ya. Sayang yah sekarang udah malem jadi ga bakal ada pelangi deh”kataku
            Rakapun tersenyum dengan senyuman manisnya “ya emang  ga selamanya setiap hujan ada pelangi sama kaya ga selamanya perjuangan kita berhasil tapi Allah selalu liat perjuangan kita ko”
            “bener ka” jawabku. Ya aku bakalan trus berjuang dengan impian aku sama kaya Raka yang berjuang terus buat ke jerman
            “eh ini udah reda hujannya” kata Raka sambil mengadahakan tangannya merasakan tetes tetes hujan terakhir.
            “iya nih udah reda” kataku sambil mengikuti Raka naik motor. Kamipun berjalan kembali menysuri jalan Depok yang masih basah.
            Sesampainya di rumah aku langsung mengganti pakaian yang memang basah kuyup kehujananan. Aku masih ga nyangka waktu yang tadi aku habiskan dengan Raka. Aku sungguh tak menyangka.
***
            Keesokan harinya di sekolah
            “ka, jaket kamu masih di aku nanti pas les aku bawa ya” kataku kepada Raka yang kebetulan lewat depan kelasku
            “yah jangan pas les, kan aku pake jaket juga. Males bawa 2 hehe nanti deh aku sms ya” kata Raka
            “yaudah” kataku. Semenjak saat itu aku makin suka sama Raka suka yang lebih dari sejak aku pertama melihat Raka.
            Kelas 3 semakin berat sebentar lagi SNMPTN tulis dilaksanakan semua daya dan upaya dilakukan para siswa kelas 3.  Tinggal hitungan hari nasib melanjutkan ke perguruan tinggi negri ditentukan. Banyak dari siswa yang udah mulai resah, gundah, galau atau bahkan ada yang biasa saja dalam menghadapi semuanya.
            Akupun hampir stress memikirkan akan kemana aku kuliah nanti apakah impianku akan tercapai? Aku ingin sekali melihat orangtuaku tersenyum bahagia akan keberhasilanku. Akupun selalu ingat kata-kata Raka saat hujan itu “memang tak ga selamanya setiap hujan ada pelangi sama kaya ga selamanya perjuangan kita berhasil tapi Allah selalu liat perjuangan kita” kata-kata itu aku buat motivasi setiap kali aku terjatuh dalam meraih mimpiku.
***
            Hari ini pelangi itu hadir menghadirkan sejuta warna dalam hidupku menghadikarkan kebahagian untuk orang tuaku. Namaku tercantum di koran pagi ini sebagai orang yang beruntung di Teknik Lingkungan UI. Hari ini tak habisnya aku bersyukur kepada sang Pencipta pagi yang indah di hari yang indah aku lolos aku berhasil.
            Nanti siang cap 3 jari ijazah akupun tak sabar menunggu siang untuk bertemu guru-guru berterima kasih atas apa yang telah mereka beri setelah 3 tahun ini. Bertemu teman-teman dan berbagi kebahagiaan ini.
            Pagipun berlalu tibalah siang murid-murid SMA 8 kelas 3 berkumpul di dekat ruang guru. Banyak ekspresi yang tak terlukiskan disana mulai dari yang sumringah sampai sembab dan tak bisa bicara. 
            “ni, selamat ya” kata Dela sambil memelukku
            “iyaa del makasih, kamu juga selamaat ya” kataku sambil balas memeluk teman seperjuanganku yang selalu bareng saat les ini.
            “kamu udah cap 3 jari?”tanya Dela
            “udah del, aku juga udah ngucapin terima kasih ke guru-guru aku seneng banget” kataku
            “udah ketemu Raka?”tanya Dela lagi
            “belom nih haha” kataku sambil tertawa
            Tiba-tiba Raka lewat “Nia gimana katanya keterima ya?” tanya Raka
            “iya alhamdulilah makasih ya supportnya” kataku
            “hah? Support apa nih?”tanya Raka bingung
            “aku pergi dulu ya” kata Dela
            “gapapa ko. Oya kamu gimana keterima juga kan?” tanyaku mengalihkan pembicaraan.
            “iya alhamdulilah keterima Cuma aku mau mantepin buat yang di jerman aja. Alhamdulilah aku udah lolos seleksi awalnya aku mau fokusin kesana”
            “oh gitu selamat ya” jawabku singkat aku bingung mau berkata apa
            “yah ntar kita pasti ketemu lagi ko” kata Raka lagi-lagi dengan senyuman manisnya
            “iya, oya aku ga bawa jaket kamu” jawabku kembali dengan ekspresi senang aku selalu luluh saat melihat senyum Raka, bagiku senyuman Raka itu tulus dan penuh makna.
            “iya ga apa apa minggu depan kan masih ke sekolah kita ketemu lagi”kata Raka
            “ya nanti kalo ga ketemu gimana?”
            “ketemu ko ketemu tos dulu dong” kata Raka sambil menjulurkan satu tangannya keatas
            “iya” kataku sambil menepuk tangan Raka menandakan kalau kami akan bertemu lagi
***
            Ternyata hari itu adalah hari terakhir aku melihat Raka, setelah itu Raka tak pernah ke sekolah lagi menurut teman dekatnya dia sedang menjalanai tes selanjutanya untuk ke jerman. Aku memakluminya karena aku tau Raka itu selalu fokus dalam menjalani apapun dan aku tau pasti dia sedang tidak mau konsentrasinya terpecah untuk harus bolak balik ke sekolah.
            Tapi sampai urusan sekolah selesai dan sekarang aku sedang ospek di universitas yang aku damba-dambakan ini Raka tak pernah ada kabar lagi sampai saat itu ada sebuah pesan yang masuk ke handphoneku begitu aku tau itudari Raka aku sangat senang dan isi pesan itu adalah
            “Nia hari ini aku berangkat ke jerman, jaga diri kamudi Depok ya J masalah jaket kamu simpen aja dulu ya mungkin pas kamu lagi baca sms aku, aku  udah ada di pesawat jadi jangan samperin aku ke bandara J see youu Nia aku yakin pelangi selalu ada untuk kamu ko J
            Hari itu kelabu hitam pekat sampai tak ada satu sinarpun yang mendekat bahkan hujan yang merupakan suatu kebahagian bagai malapetaka dahsyat yang menghujam seluruh jiwaku. Kenapa harus berjanji jika tak bisa menepati, kenapa harus dipertemukan jika akhirnya tak bisa disatukan.
***
            4 tahun berlalu dari peristiwa itu aku tak pernah lupa akan kenangan itu kenangan akan Pancong, Hujan, dan Raka aku tak pernah melupakannya sedetikpun. Inilah bulan-bulan terakhir aku sebagai mahasiswa Teknik.
            Akhir-akhir ini memang sering hujan aku yang selalu membawa motor dari kampuspun tak pernah kapok untuk membawa motor dan kebiasaan terburuk adalah aku selalu lupa membawa jas hujan, padahal benda itu sangat penting dikala musim hujan seperti saat ini. Benar saja hujan turun akupun memutuskan untuk meneduh karena hujan turun deras. Tanpa sengaja motorku berhenti ditempat dimana aku pernah meneduh disini 4 tahun lalu bersama Raka.
            Akupun berteduh lama di tempat ini, di tempat yang sama dan jaket yang sama jaket yang sebenarnya sudah aku taruh lemari dan tak pernah aku pakai lagi, tapi entah kenapa hari ini aku tiba-tiba ingin memakai jaket ini. Persis seperti 4 tahun lalu warung yang ada dibelakangku tempat aku meneduhpun sedang tutup.
            Tiba-tiba seseorang datang. Sepertinya dia ingin berteduh juga disini namun ia bukan pengendara motor sepertinya hanya pejalan kaki saja. Seseorang itu mendekat “boleh numpang neduh disini juga kan?”
            “iya boleh” aku terdiam menatap seseorang yang kini berada tepat didepanku “Raka?”
            “Nia apa kabar? Aku tetep nepatin janji aku kan kita pasti ketemu lagi” jawab Raka dengan senyum manisnya yang tak pernah berubah sejak dulu
            “kamu kenapa bisa disini?” tanyaku masih tak percaya
            “hujan yang membawaku kembali” jawab Raka singkat tapi penuh arti
            “kamu jahat” akupun menangis dan tak kusangka Raka memelukku dengan erat “Jangan pergi lagi” kataku
            “ga aku bakal tetep disini ko bersama kamu melihat indahnya pelangi” kata Raka lalu memelukku lebih erat lagi.

Hujan bagiku kau tetaplah kebahagian
Tetaplah anugrah Tuhan terindah
Dan aku bahagia karena itu
Terlebih pelangi itu kini benar-benar hadir mewarnai hariku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar