Senin, 18 April 2016

Fajar Putih

Ceritanya dapet PR buat deskripsiin yang ada di gambar ini. dan taraam jadilah seperti ini. yaah udah masuk flash fiction lah ya ?


Fajar memang selalu menenangkan hatiku. Langitnya yang indah dan sinarnya yang hangat selalu membuatku terpana akan nikmatNya. Masih ingatkah kau kenangan beachcamp kita dulu?
***

"Ayo, liat sunrise. Banguun!" Pintanya menghampiri tendaku. Aku dan Dita memang tidur di tenda terpisah. 
"Masih pagi, ntar aja yaa" jawabku sembari ngulet
"Gak  mau nanti matahari nya keburu tinggi" rajuk dita manja
"Iyaa bentar" jawabku malas. 
Akhirnya kami berduapun berjalan menyusuri pantai untuk melihat moment matahari terbit ini. Menyusuri jalan sepanjang pantai untuk mencari tempat terbaik melihat momen ini. aah enakan tidur di camp lah pikirku. Namun demi dita apapun akan ku perjuangkan. Demi kekasihku yang telah menjadi bagian hidupku selama 5 tahun ini. Aku memang belum menikah dengan Dita namun aku berjanji akan memperistrinya nanti. Lima tahun bukanlah waktu yang singkat kami telah melewati roller coaster kehidupan bersama. Bahkan ketika aku berada di titik terendahku dan perempuan ini masih setia menemani. Aku sangat mencintai Dita, bagiku Dita adalah separuh jiwaku. 
"Hen, kita liatnya disini aja yaa" kata dita sambil menghentikan langkahnya. 
"Baiklah" jawabku singkat sambil memperhatikan sekitar. Sepertinya ini memang tempat yang indah untuk melihat sunrise. Tempat ini cukup sepi, matahari terlihat jelas dan diapit dua buah pohon sebagai pemanisnya. Ditambah lagi suara deburan ombak yang masih terdengar jelas. Apalagi ada dita disampingku, sempurna. Ah, mulai saat ini aku akan suka fajar, terimakasih tuhan engkau telah memberikan nikmat yang tak terkira ini. 
"Hen, tempat ini aku namain pohon kita yaa," kata dita 
"Iyaa sayang terserah kamu ajalah" kataku sambil mengusap rambut dita.
"Pokokny kita harus sama-sama terus yaa!" Pinta dita

***
Kurasa fajar tetap akan selalu memenangkan hatiku bahkan jika kamu tidak memilih aku. "Dit, aku sekarang lagi berdiri di pohon kita." Gumamku lirih. 
Mataku masih menatap matahari pagi ini dengan duka yang tak kunjung berakhir. Masih berharap Dita akan membatalkan pernikahannya dengan Rio sahabatku.


Ps : Foto diambil dari google mblusuk.com :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar